Monday, December 21, 2015

Apakah Istighfar itu?

Bacaan Astaghfirullah hal adzim (ya Allah ampunilah kesalahanku) sudah biasa diucapkan banyak orang setiap hari. Namun, apa maksudnya? Ucapan adalah lambang susana hati. Hati yang mengakui kesalahan pasti akan mudah mendorong lidah untuk mengucapkan istighfar. Nah, masalahnya, apa saja sebenarnya yang disebut dengan dosa atau kesalahan itu? Jika ada satu atau segolongan orang yang menganggap dirinya benar, kemudian menuding orang atau kelompok yang lain salah atas sebuah perkara, maka pasti akan terjadi ketidakharmonisan, pertentangan atau perselisihan. Itulah akar penyebabnya, yaitu merasa benar.

Marilah kita merendahlan diri serendah-rendahnya sebagaiman ketika kita bersujud dalam sholat. Kita ini apa lah, kita ini manusia. Bukan tuhan. Kita ini ada karena diadakan, kita ini nonsen. Tidak ada kekuatan selain dari Allah. Cukuplah kita percaya yang memilki kebenaran adalah Allah saja. Ketika kita mendapati kita berada dalam kebenaran, bersyukurlah. ketika kita mendapati orang lain berbeda dengan kita, maka ingatlah Allah yang lebih tahu. Bisa jadi orang yang kita anggap lebih rendah, lebih salah daripada kita, ternyata lebih benar dan lebih mulia di mata Allah. 

Menoleh tengkuk sendiri (melihat kesalahan sendiri) lebih sulit daripada melihat tengkuk orang lain (melihat kesalahan orang lain). Yang menggunakan sebutan Aku hanyalah Allah. Yang kedua menggunakan sebutan Aku, adalah iblis ketika diperintah Allah untuk hormat pada nabi Adam A.S. Maka jika dihati kita muncul rasa 'aku lebih baik...' itulah bisikan setan yang mengajak ke jalan kesesatan. Berapa orang yang disesatkan setiap hari? tidak terhitung banyaknya. Marilah kita bertobat dan mengakui semua kesalahan dalam ucapan istighfar....

Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidhir AS bisa menjadi ukuran bahwa Allah SWT memberikan ilmu yang berbeda kepada hambaNya. Ketika Nabi Musa AS melihat Nabi Khidhir AS merusak perahu nelayan, memperbaiki tembok rumah yang roboh, Nabi Musa bertanya mengapa kau lakukan itu wahai Nab Khidir? Akhirnya Nabi Khidhir menjawab, cukup sampai di sini kebersamaan kita, bukankah sebelumnya aku sudah peringatkan agar kamu tidak bertanya apapun yang aku kerjakan? Ketahuilah perahu ini saya tenggelamkan karena kalau tidak akan dirampas oleh raja yang dzolim, dan tembok ini aku perbaiki karena di bawahnya tersembunyi harta peninggalan untuk anak yatim. 

Jelas bahwa ilmu yang Allah berikan kepada Nabi Khidir AS belum bisa dipahami oleh Nabi Musa AS. Padahal ketika ditanya, siapakah orang yang paling sholeh, wahai Musa? Musa AS menjawab: aku yang paling sholeh. Ternyata Allah menunjukkan kepada Musa bahwa ada hambaNya yang lebih sholeh yaitu Khidir AS.
Wallahu'alam bishowab..

Cinta Rosul

Bulan Maulud, bulan yang suci. Di mana-mana umat menyambutnya dengan rasa syukur dan suka cita. Mereka berbondong-bondong mendatangi temapat-tempat ibadah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Istghfar dan sholawat dikumandangkan di mana-mana. Bacaan-bacaan yang mencurahkan rasa cinta pada Allah dan Rosul-Nya dibaca setap malam dalam majelis-majelis  Mauludan. 

Akankah bacaan istighfar dan sholawat itu akan berlanjut setiap bulan setiap waktu? Semoga saja. Pada bulan Maulud ini jadikan latihan untuk mengingati cinta pada Rosul SAW, dan harus menjadi motor penggerak dalam implementasi kehidupan sehari-hari yang berpedoman pada apa-apa yang sudah dicontohkan beliau Baginda Nabi Muhammad SAW. 

Lakukan segala aktifitas sehari-hari meniru Nabi SAW dengan memperdalam rasa sabar, tawakkal, jujur, cinta, kasih dan sayang, kepada sesama mahluk dengan sungguh-sungguh ridho kepada Allah dan kepada sesama secara lahir dan batin. Kata-kata di atas mudah terucap tapi tidak mudah diamalkan. Lihatlah di mana-mana masih saja terjadi hal-hal yang tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. 

Jika cinta pada Rosul, mulailah kita instropeksi diri apakah laku kita sehari-hari sudah mencerminkan nilai-nilai tersebut? Jika belum, beristighfarlah karena kita masih bodoh sehingga banyak kesalahan kita kepada Allah dan kepada sesama. Sambil bersholawat semoga kita mendapat syafa'at dan hidayah agar bisa meneladani sifat dan sikap para Nabi dan Rosul khususon Nabi Muhammad SAW sebagai wujud nyata cinta kita pada Rosulullah SAW.

Melalui tulisan singkat ini mudah-mudahan timbul sedikit rasa mengakui rasa bodoh, lupa, dan celaka, sehingga kita bisa memperbaikinya denga belajar hingga menjadi orang yang berilmu, berlalatih untuk ingat senantiasa kepada Allah dan RosulNya, dan pada akhirnya masuklah kita ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Amin...
Wallahu'alam bishowab..

Monday, December 14, 2015

Kajian Rukun Iman yang Enam

Rukun iman ada enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah (Taurat, Zabur, Injil, Al Qur'an), iman kepada Nabi dan Rosul Allah, iman kepada kiamat, dan iman kepada takdir (qada dan Qodar)

Pada tahap awal kita beriman karena Allah mengajari kita melui firman-Nya yang disampaikan para Nabi dan Rosul. Seiring dengan semakin kuatnya keyakinan maka pendalaman kepada rukun iman ini berlanjut. Yang tadinya yakin menjadi semakin yakin atau ainul yakin, selanjutnya haqul yakin dan sampai pada keyakinan yang sempurna (haqmalullah yakin).

Iman kepada Allah, pada tahap mendalam, hati akan menuntut agar bisa berhadapan dengan Allah. Nabi Musa A.S. pernah ingin melihat langsung Dzat Allah. Allah berfirman "Tidak muat bumi dan langitku akan Dzatku, kecuali hati hambaku yang muk'min, lunak dan tenang". Jadi Qolbu atau hati kita secara fitrah adalah rindu kepada Allah, karena kita berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya (Innalillahi wainnailaihi roji'un). Tentu saja qolbu seorang hamba belum akan terpuaskan dari rindu dan dahaga jika belum menyaksikan Dzat Allah ta'ala. Maka seorang hamba membutuhkan menempuh jalan menuju Allah yang disebut menempuh tarekat (arti harfiah: jalan, tongkat, payung).

Perjalanan menuju Allah sulit dan terjal karena merupakan jihad akbar yaitu menata hati dari godaan setan dan nafsu. Oleh karena itu butuh guru pembimbing yaitu Guru Mursid dan Guru Wasilah. 

Kembali kepada rukun iman enam, ke enam rukun ini saling berkaitan dan saling bersinergi. Pendek kata iman kepada Allah, kati kita belum mapu melihat Dzat Allah, iman kepada malaikat, hati kita belum mampu menyaksikan malaikat, iman kepada Nabi dan Rosul kita sudah tidak lagi sezaman dengan para Nabi, iman kepada hari kiamat, kiamat sughro (kecil) yaitu kematian, kita belum mengalami apa yang pernah dialami Ashabul Kahfi yang "tidur" selama 309 tahun misalnya, iman kepada qada dan qodar, apa yang terjadi esok hari kita tidak tahu, padahal para Nabi diberi kemampuan melihat masa yang akan datang jauh sebelum terjadi. 

Namun, janganlah kita berkecil hati, karena salah satu rukun iman yaitu iman kepada Nabi dan Rosul dapat kita turut hingga saat ini, yaitu warisan para Nabi yaitu para ulama yang mendapt petunjuk dari Allah SWT. Melalui nasihat dan bimbingan yang intensif dan terus menerus sepanjang hayat dari para guru inilah yang Insya Allah dapat mengantarkan kita pada peningkatan iman kepada keenam rukun iman. Dengan mengikuti petunjuk para guru, insya Allah hati kita dapat melihat dzat Allah, melihat para malaikat, mendapatkan ilham dari Allah, merasakan sukma kita menghadap Allah (wa'anta mautu qoblal maut = pelajarilah mati sebelum mati), dan hati kita bisa memperoleh sasmito (jawa=petunjuk ghaib) tentang apa yang menjadi keputusan Allah yang belum terjadi (qada) dan apa yang telah terjadi (qodar)

Dengan perjuangan panjang, tetapi kita akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah terbersit dalam hati, terdengar oleh telinga kita, terlihat mata kita, yaitu beribu kenikmatan yang merupakan balasan yang lebih baik dari Allah kepada hamba-hambaNya yang sholeh dan sholehah.

Demikian bahan perenungan sebagai pendewasaa kita dalam belajar meningkatkan kualitas keimanan kita. Wallahu a'lam bishowab...

Friday, December 11, 2015

Yang Selamat Sedikit karena Kebanyakan Tidak Tahu

Berapa banyak orang yang sholat, tetapi hanya memperoleh lelahnya saja. berapa banyak orang puasa, tetapi hanya dapat lapar dan dahaga saja. Berapa banyak orang beramal dengan amalan-amalan yang banyak dan besar, tetapi semua tertolak.

Marilah renungkan sedikit hal ini. 

Semua amal manusia dibawa oleh para malaikat melewati tujuh penjaga langit sebelum sampai kepada Allah SWT. Kebanyakan ditolak karena banyaknya penyakit hati dari seorang manusia. Terlebih jika amalnya bukan karena Allah, melainkan ada pamrih tertentu, maka tertolaklah semua amalannya.

Ibarat yang sesuai, ada 1000 orang beramal kebaikan, maka oleh Allah dilimpahi dengan keduniaan, maka 900 orang berpaling ke dunia. Tinggal 100 orang diuji dengan keburuan, 90 orang berputus asa. Tinggal 10 orang diuji dengan perlihatkan sorga, 9 orang tertarik masuk sorga. Tinggal 1 orang diuji dengan perlihatkan neraka, dia tidak takut kepada neraka. Dia lebih takut kepada Allah sehingga ia selalu waspada menjaga diri dari syirik dan perbuatan tercela. Luluslah satu orang itu sebagai hamba yang ikhlas.

Sebegitu tidak mudahnya perjalanan menuju ridho Allah. Namun, dengan selalu belajar, mohon apunan dan menikhlaskan semua amla ibadah hanya untuk Allah maka mudah-mudahan kita masuk ke golongan orang yang selamat tadi. 

Untuk mencerahkan hati kita maka marilah kita ikuti nasihat para ulam ayang mendapat petunjuk dari Allah, bukan ulama jahat. Berhati-hati dalam setiap langkah. belajar ilmu syarea'at, tarekat, hakikat, dan ma'rifatullah lewat para guru mursyid dan guru wasilah agar selamat dalam menempuh perjalanan menuju Allah SWT.

Empat Pilar Keselamatan Agama dan Dunia

Kehidupan suatu negara ditentukan oleh kualitas penduduknya. Penduduk terdiri atas berbagai lapisan. Ada sebagian masyarakat yang diberi kelebihan rizki. Ada yang diberi kelebihan ilmu. Ada yang diberi kekurangan rizki dan ada yang diberi kekurangan ilmu. Kehidupan akan normal dan stabil apabila terjalin keharmonisan di antara empat kategori masyarakat tadi.

Pertama, bagi lapisan masyarakat yang diberi keluasan rezeki tidak kikir untuk berbagi dengan lapisan masyarakat yang kekurangan rezeki. Dua keadaan ini bisa bergantian menimpa seseoraang atau segolongan masyarakat. Maka perlu diketahui pedonman ini, apabila Anda sedang diberi kelonggaran rizeki maka berbagilah sebagian harta milik Anda dengan orang-orang yang sedang menderita kekuranga.

Ke dua, para ahli ilmu atau para ulama, yang diberi keluasan ilmu tetaplah mengamalkan ilmunya dan mau mengajarkannya kepada siapa saja yang membutuhkan. Kegiatan belajar ini harus intensif selagi masih muda. Jadi bagi generasi muda yang fokus belajar ilmu dunia dan agama tidak akan menyesal di kemudian hari. Selama orang-orang berilmu mau mengamalkan ilmunya maka masyarakat akan tertata dalam kehidupannya.

Ke tiga, empati para ahli ilmu ini tentu saja harus sinkron dengan orang-orang yang masih bodoh atau belum banyak belajar. Mereka harus mengakui kebodohannya sehingga mau belajar kepada orang-orang yang lebih mengetahui. Apa jadinya jika orang bodoh kemudian merasa sombong dengan apa yang tidak diketahuinya. Tentu saja akan menciptakan kerusakan akibat dari kebodohan mereka.

Ke empat, para orang fakir tidk menjual akheratnya dengan kehidupan dunia. Coba bayangkan apa jadinya jika orang-orang fakir rela berbuat jahat hanya karena untuk mendapatkan sekarung beras. Jika mereka berpegang teguh pada pedoman agama maka pastilah mereka tidak akan melepaskan sifat terpujinya hanya karena demi sesuap nasi. Ini harus sinkron dengan golongan orang-orang yang berharta di atas. Orang fakir tidak akan menukar kebahagiaan akherat dengan harta dunia seandainya kebutuhan minimal akan sandang, pagan, dan papan tercukupi oleh kebaikan orang-orang berharta tadi.

Kesimpulannya, perlu ada keseimbangan dari empat golongan masyarakat tadi. Kerjasama dan saling tolong menolong dari keempatnya akan menciptakan pilar agama dan dunia yang kuat dan tidak akn hancur selama-lamanya. Wallahu'alam bishowab...



Jaga Diri dan Keluargamu

Hal yang paling utama dalam kehidupan kita adalah keluarga. Anak, istri, suami, dan anggota keluarga yang lain menjadi prioritas perhatian kita sehari-hari. Prioritas tertinggi bagi keluarga adalah pendidikan dan yang kedua memberi makan yang halal.

Mengapa pendidikan? tentu saja karena manusia terdiri atas unsur lahiriah dan batiniah. Penentu dari aktivitas seseorang positif atau negatif adalah unsur batiniah atau qolbu. Dalam tubuh ada segumpal daging, jika itu baik maka seluruh perbuatan baik, jika itu buruk seluruh perbuatan akan buruk, yaitu hati. Makanan bagi jiwa adalah pendidikan. Dengan pendidikan manusia menjadi berilmu. Dengan ilmu akan diketahui mana perbuatan/amalyang soleh atau maksiat. 

Setelah pendidikan adalah memberi makan keluarga dengan rezeki yang halal. Dengan rezeki halal maka hati juga akan terpengaruh menjadi qolbu yang penuh dengan sifat terpuji. Sebaliknya rezeki yang haram akan membentuk hati penuh dengan perbuatan tercela.

Mengapa banyak orang terjerumus dalam perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan kemaslahatan? Jika diteliti mungkin saja disebabkan kelalaian keluarga dalam hal ini seorang suami dalam mendidik keluarganya dan lalai dari berhati-hati dengan rezeki yang diperolehnya. Mungkin dia lalai dari mana rezeki itu diperolehnya. Atau zat makanan apa yang dimakan oleh keluarganya. Boleh jadi nasi yang di makan, tapi kalu dari hasil mencuri? tentu saja haram bukan? Mungkin uangnya dari hasil bekerja, tapi jika dibelikan minuman keras misalnya, maka tentu itu juga haram.

Oleh karena itu, mari didik anak-anak dan istri kita dengan pengetahuan agama yang cukup, kemudian beri makan dari hasil kerja keras yang halal. Dua hal itu adalah kunci keberhasilan sebuah keluarga. Rasa penuh kasih sayang akan terasa kepad sesama kerabat maupun masyarakat seikitarnya. Jika semua keluarga sudah berpatokan pada dua hal di atas maka pada akhirnya sebuah negara bahkan pergaulan dunia akan menjadi semakin sejahtera lahir dan batin, dunia dan di akherat. Amin....


Tuesday, December 1, 2015

Simpulan dari Rukun Islam yang lima



Jika kelima rukun Islam itu sudah kita tunaikan semua, maka kelimanya saling meberdayakan energi spiritual kita menjadi semakin menguat dan memuncak hingga mencapai taraf kontemplasi. Kita mengetahui dengan sesungguhnya arah hidup kita sejak di dunia hingga kehidupan di akherat yang kekal abadi dalam nikmat Allah yang tiada terputus.

Betapa tidak, dengan tekad yang bulat, kita akan dapat melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Jika tekad kita bulat maka semakin ringan rasanya ketika kita wajib menunaikan puasa. Jika rasa yang negatif sudah hilang dari hati kita, maka semakin mampulah kita mengikhlaskan segala sesuatu untukmembantu  sesama makhluk. Jika kita sudah bisa ikhlas tentu saja kita akan seamakin rindu dan banyak mengingat Allah sebagai pengejawantahan sholat kita. Hingga apabila ingat kita kepada Allah sudah tiada putus maka jika Allah berkenan kita akan bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tiada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah dan kita bersaksi dengan sesungguhnya bahwa Muhammad adalah utusan Allah. 

Apa yang kami sampaikan di atas adalah cita-cita yang harus diperjuangkan terus menerus. Cita-cita mulia ini selalu saja ada yang menjadi penghalang. Apalagi kalau bukan nafsu dan setan. Nafsu adalah sangat keras. Membutuhkan tekad yang kuat untuk bisa menaklukkannya. Ciri-ciri godaan nafsu adalah, jika suatu saat kita menginginkan sesuatu dan belum tercapai maka di kali lain pasti keinginan itu akan muncul kembali dan menuntut untuk dipenuhi.

Sedangkan godaan setan adalah godaan dari dalam diri atau orang lain, yang apabila kita kuat tidak tergoda maka godaan itu tidak bisa memaksa kita. Setan bersembunyi dalam aliran darah, maka dengan berpuasa setan akan menjadi kurus dan tidak lagi menggoda dengan hebat.

Bisikan-bisikan dalam hati kita meliputi bisikan Illaihi, Rosulihi, malaikatihi, nafsihi dan syaitoni. Bisikan mana yang kita ikuti, ke arah itulah nasib kita terbawa. Jika kita mengikuti khotir (bisikan) Illaihi, Malaikatihi dan Rosulihi tentu saja akan baik kesudahannya. namun jika mengikuti khotir nafsihi dan syaithoni maka celakalah kita. Mari berlindung kepada Allah dari perangai nafsu dan setan yang akan mencelakakan kita. Amin.. Wallahu'alam bishowab..

Apakah Zakat yang Sebenarnya Itu?



Rukun Islam yang ke tiga adalah zakat.
Zakat fitrah kita tunaikan setiap menjelang hari raya Iedul fitri. Zakat mal kita tunaikan setiap harta mencapai senisob. Selanjutnya mari kita renungkan ini.

Memberi harus berlandaskan keikhlasan. Mengukhlaskan sebagian yang kita miliki sebagai keharusan karena ada hak orang lain dalam harta milik kita. Namun, lebih dari itu mengikhlaskan sesuatu itu tidak hanya teratas pada harta benda. Ternyata bagi seseorang yang memang sudah bisa belajar ikhlas, dia dengan gembira akan mengikhlaskan apa saja. Harta, tenaga, pikiran, waktu, jiwa dan raganya diikhlaskan untuk membantu sesama manusia maupun sesama makhluk lain.

Sebuah contoh, bagaimana seorang pelacur bisa masuk sorga? Karena dia ikhlas menolong seekor anjing yang kehausan ketika dia menimba air di sumur. Dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan terhadap makhluk lain pun ia masih memiliki rasa belas kasihan. Rasa kasih sayang pada sesama inilah yang disukai oleh Allah sehingga sang pelacur yang banyak dosa pun diampuni dosa-dosanya.
Mari kita belajar berzakat, artinya mengukhlaskan sebagian dari harta, tenaga, ilmu, pikiran, dan sebagainya untuk siapa pun yang membutuhkan.

Monday, November 30, 2015

Memahami, Mengamalkan dan Menghayati ibadah Haji



Ibadah Haji wajib dilaksanakan bagi yang mampu baik tenaga, waktu, biaya, dan kondisi keamanan yang memungkinkan.  Mungkin ibadah haji sudah ditunaikan bagi yang diberi kemampuan. Selanjutnya mari kita renungkan hal ini.

Orang Jawa mengatakan Kaji, tekade nyawiji (tekadnya bulat). Maksudnya, kalau tekad seseorang tidak bulat maka ibadah haji sulit akan bisa ditunaikan. Sebenarnya, semua ibadah dipandang dari sisi man pun jika tidak didukung tekad yang kuat akan susah terlaksana. Misalnya sholat subuh, karena cuaca dingin, mungkin seseorang akan ogah-ogahan melaksanakannya, lebih enak tidur, nafsunya mengatakan begitu. Maka hanya orang yang punya tekad bulat itu saja yang dapat melaksankan semua ibadah baik wajib maupun sunah.

Jadi, baik saudara yang sudah menunaikan haji maupun yang belum, tekad yang bulat dalam melaksanakan semua ibadah adalah mutlak dikuasai. Walhasil spirit ibadah haji atau tekad yang nyawiji ini akan menjadi motor penggerak bagi terlaksananya semua ibadah, baik hablum minallah maupun hablum minannas. Wallahu’alam bisshowab.

Memahami dan Menghayati Ibadah Puasa



Puasa wajib bulan Romadhon dan puasa sunah, menahan lapar dahaga sejak imsak hingga maghrib, mungkin sudah kita laksanakan secara rutin. Kini mari kita renungkan hal berikut ini.
Puasa artinya menahan diri. Menahan dari apa? Menahan diri dari godaan nafsu dan setan yang merugikan diri dan orang lain. Orang Jawa mengatakan Poso (ngeposke/menghentikan roso yang negatif). Rasa iri, dengki, riya, sombong, takabur, dan sebagainya harus berhenti. Sebab walaupun puasa kita secara lahir tidak batal, tetapi jika hati kita muncul rasa yang negatif tadi, puasa kita sudah berkurang kualitasnya. Untuk mengembalikan kepada kualitas ibadah yang utuh maka banyak-banyaklah kita beristighfar (mengakui kesalahan) dan bersholawat kepada Nabi Muhammmad SAW.  

Kesimpulannya, kualitas ibadah puasa yang utuh adalah apabila secara lahir kita bisa menahan diri dari makan dan minum dari imsak sampai maghrib. Secara batin kita bisa menahan diri dari rasa yang negatif selama 24 jam terus menerus selama setahun.

Jika kita bisa menepati tuntunan ini, maka Insya Allah kita dapat meraih kualitas diri yang tinggi. Dari derajat muslim, meningkat menjadi mukmin, meningkat menjadi muhsin, dan akhirnya menjadi muhlisin. Amin......

Demikian sedikit bahan renungan dalam rangka belajar seumur hidup untuk mencapai cita-cita mulia sebagai muslim yang kaffah. Wallahu a’lam bisshowab.

Sunday, November 29, 2015

Pendalaman Penghayatan Ibadah Sholat



Mari kita pikirkan dan renungkan lagi ibadah sholat yang sudah kita laksanakan agar benar-benar menjadi tiang gama dalam kehidupan kita.

1.      Sholat subuh dua reka’at
Sholat subuh dua rekaat sudah kita laksanakan, arti bacaan dalam sholat juga sudah kita pahami. Setelah itu mari kita renungkan hal berikut.

Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Ada siang-malam, laki-laki perempuan, bahagia-sengsara, dunia-akherat, beruntung-celaka, dan seterusnya. Semua yang terjadi dalam kuasa Allah dan seizin Allah. Hikmahnya segala sesuatu yang menimpa manusia harus diterima dengan ikhlas. Keikhlasan itulah yang bernilai tinggi di mata Allah. Sebagaimana ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepada para Nabi dan Rosul, para Waliyullah, dan para hamba-Nya yang sholeh, semua semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas pribadi sang hamba Allah.

2.      Sholat dhuhur empat reka’at
Sholat dhuhur empat reka’at sudah kita laksanakan. Arti bacaan dalam sholat sudah kita pahami. Mari kita renungkan hal berikut.

Kita dikaruniai empat panca indra yaitu telinga,hidung, mata, dan mulut. Keempat panca indra itu mestinya kita gunakan sesuai dengan tuntunan agama yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadist. Tuntunan bagaimana berbicara, mendengarkan, melihat, dan mencium (informasi) yang ma’ruf.

3.      Sholat asar empat reka’at
Sholat asar empat reka’at  sudah dilaksanakan, arti bacaan sudah dipahami . mari kita renungkan hal berikut.

Manusia dikaruniai sir (bisikan hati), akal budi, cipta, dan rasa.
Sir kita meliputi bisikan nafsu, setan, malaikat, Allah dan RosulNya. Apabila kita mengikuti bisikan yang positif (Allah, Rosulullah, Malaikat) maka amal kita juga menjadi amal yang soleh. Sebaliknya jika seseorang mengikuti bisikan nafsu dan setan akan menjadi kerugian bagi diri dan orang lain.
Akal budi juga mestinya digunakan untuk membangun dan menciptakan kehidupan yang baik untuk dunia dan kehidupan di akherat.
Cipta kita juga semestinya mencipta sesuai tuntunan agama sehingga bermanfaat.
Rasa yang kita idamkan adalah rasa bahagia dan tentram, yang dapat kita rasakan apabila sir, budi, dan cipta kita sudah sesuai dengan Ridho Allah dan Rosul-Nya.

4.      Sholat maghrib tiga reka’at.
Sholat maghrib tiga reka’at sudah kita laksanakan, arti bacaannya sudah kita pahami, lalu coba kita renungkan hal berikut.

Manusia wajar memiliki keinginan, angan-angan, dan kehendak. Alangkah baiknya ketiga hal tersebut disesuaikan dengan realitas. Misalnya, kita mendapat rezeki hanya dalam ukuran sederhana, maka tidak perlu kita berangan-angan, atau berkeinginan lebih dari yang ada. Keinginan, angan-angan, dan kehendak yang tidak realistis hanya akan menjadi siksaan, lupa kepada Allah dan memaksakan diri melebihi kemampuan yang ada.

5.     Sholat isya empat reka’at.
Sholat isya empat rekaat sudah kita laksanakan , bacaannya sudah kita pahami, sekarang mari kita renungkan hal berikut ini.

Manusia dikaruniai empat nafsu, yaitu amarah, supiah, luamah, dan mutmainah. Keempat nafsu itu harus kita atus agar sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadist Rosul.
Nafsu amarah kita salurkan untuk bekerja keras di jalan yang benar. Insya Allah hasilnya maslahat untuk keluarga dan sesama .
Nafsu luamah, pada dasarnya manusia suka bersenang-senang maik dalam hal makan, syahwat dan sebagainya. Alangkah baiknya jika nafsu bersenang-senang itu disalurkan dalam kegembiraan dalam berbadah kepada Allah SWT.
Nafsu Supiah. Pada dasarnya manusia suka apabila dipuji. Pujian itu alangkah baiknya apabila datangnya dari Allah, sebagimana Allah memuji Muhammad Rosulullah SAW sebagai manusia terbaik.
Nafsu mutmainah. Ketenangan atau betah itu bagus apabila betah dalam beribadah, belajar, dlam berbuat kebaikan . Sebaliknya apabila seseorang betah dalam kebodohan, dan kemaksiatan maka itu akan menjadi bencana bagi dirinya manupun orang lain.

Demikian sekelumit bahan perenungan bagi kita. Wallahu a'lam bisshowab..