Monday, November 30, 2015

Memahami, Mengamalkan dan Menghayati ibadah Haji



Ibadah Haji wajib dilaksanakan bagi yang mampu baik tenaga, waktu, biaya, dan kondisi keamanan yang memungkinkan.  Mungkin ibadah haji sudah ditunaikan bagi yang diberi kemampuan. Selanjutnya mari kita renungkan hal ini.

Orang Jawa mengatakan Kaji, tekade nyawiji (tekadnya bulat). Maksudnya, kalau tekad seseorang tidak bulat maka ibadah haji sulit akan bisa ditunaikan. Sebenarnya, semua ibadah dipandang dari sisi man pun jika tidak didukung tekad yang kuat akan susah terlaksana. Misalnya sholat subuh, karena cuaca dingin, mungkin seseorang akan ogah-ogahan melaksanakannya, lebih enak tidur, nafsunya mengatakan begitu. Maka hanya orang yang punya tekad bulat itu saja yang dapat melaksankan semua ibadah baik wajib maupun sunah.

Jadi, baik saudara yang sudah menunaikan haji maupun yang belum, tekad yang bulat dalam melaksanakan semua ibadah adalah mutlak dikuasai. Walhasil spirit ibadah haji atau tekad yang nyawiji ini akan menjadi motor penggerak bagi terlaksananya semua ibadah, baik hablum minallah maupun hablum minannas. Wallahu’alam bisshowab.

Memahami dan Menghayati Ibadah Puasa



Puasa wajib bulan Romadhon dan puasa sunah, menahan lapar dahaga sejak imsak hingga maghrib, mungkin sudah kita laksanakan secara rutin. Kini mari kita renungkan hal berikut ini.
Puasa artinya menahan diri. Menahan dari apa? Menahan diri dari godaan nafsu dan setan yang merugikan diri dan orang lain. Orang Jawa mengatakan Poso (ngeposke/menghentikan roso yang negatif). Rasa iri, dengki, riya, sombong, takabur, dan sebagainya harus berhenti. Sebab walaupun puasa kita secara lahir tidak batal, tetapi jika hati kita muncul rasa yang negatif tadi, puasa kita sudah berkurang kualitasnya. Untuk mengembalikan kepada kualitas ibadah yang utuh maka banyak-banyaklah kita beristighfar (mengakui kesalahan) dan bersholawat kepada Nabi Muhammmad SAW.  

Kesimpulannya, kualitas ibadah puasa yang utuh adalah apabila secara lahir kita bisa menahan diri dari makan dan minum dari imsak sampai maghrib. Secara batin kita bisa menahan diri dari rasa yang negatif selama 24 jam terus menerus selama setahun.

Jika kita bisa menepati tuntunan ini, maka Insya Allah kita dapat meraih kualitas diri yang tinggi. Dari derajat muslim, meningkat menjadi mukmin, meningkat menjadi muhsin, dan akhirnya menjadi muhlisin. Amin......

Demikian sedikit bahan renungan dalam rangka belajar seumur hidup untuk mencapai cita-cita mulia sebagai muslim yang kaffah. Wallahu a’lam bisshowab.

Sunday, November 29, 2015

Pendalaman Penghayatan Ibadah Sholat



Mari kita pikirkan dan renungkan lagi ibadah sholat yang sudah kita laksanakan agar benar-benar menjadi tiang gama dalam kehidupan kita.

1.      Sholat subuh dua reka’at
Sholat subuh dua rekaat sudah kita laksanakan, arti bacaan dalam sholat juga sudah kita pahami. Setelah itu mari kita renungkan hal berikut.

Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Ada siang-malam, laki-laki perempuan, bahagia-sengsara, dunia-akherat, beruntung-celaka, dan seterusnya. Semua yang terjadi dalam kuasa Allah dan seizin Allah. Hikmahnya segala sesuatu yang menimpa manusia harus diterima dengan ikhlas. Keikhlasan itulah yang bernilai tinggi di mata Allah. Sebagaimana ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepada para Nabi dan Rosul, para Waliyullah, dan para hamba-Nya yang sholeh, semua semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas pribadi sang hamba Allah.

2.      Sholat dhuhur empat reka’at
Sholat dhuhur empat reka’at sudah kita laksanakan. Arti bacaan dalam sholat sudah kita pahami. Mari kita renungkan hal berikut.

Kita dikaruniai empat panca indra yaitu telinga,hidung, mata, dan mulut. Keempat panca indra itu mestinya kita gunakan sesuai dengan tuntunan agama yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadist. Tuntunan bagaimana berbicara, mendengarkan, melihat, dan mencium (informasi) yang ma’ruf.

3.      Sholat asar empat reka’at
Sholat asar empat reka’at  sudah dilaksanakan, arti bacaan sudah dipahami . mari kita renungkan hal berikut.

Manusia dikaruniai sir (bisikan hati), akal budi, cipta, dan rasa.
Sir kita meliputi bisikan nafsu, setan, malaikat, Allah dan RosulNya. Apabila kita mengikuti bisikan yang positif (Allah, Rosulullah, Malaikat) maka amal kita juga menjadi amal yang soleh. Sebaliknya jika seseorang mengikuti bisikan nafsu dan setan akan menjadi kerugian bagi diri dan orang lain.
Akal budi juga mestinya digunakan untuk membangun dan menciptakan kehidupan yang baik untuk dunia dan kehidupan di akherat.
Cipta kita juga semestinya mencipta sesuai tuntunan agama sehingga bermanfaat.
Rasa yang kita idamkan adalah rasa bahagia dan tentram, yang dapat kita rasakan apabila sir, budi, dan cipta kita sudah sesuai dengan Ridho Allah dan Rosul-Nya.

4.      Sholat maghrib tiga reka’at.
Sholat maghrib tiga reka’at sudah kita laksanakan, arti bacaannya sudah kita pahami, lalu coba kita renungkan hal berikut.

Manusia wajar memiliki keinginan, angan-angan, dan kehendak. Alangkah baiknya ketiga hal tersebut disesuaikan dengan realitas. Misalnya, kita mendapat rezeki hanya dalam ukuran sederhana, maka tidak perlu kita berangan-angan, atau berkeinginan lebih dari yang ada. Keinginan, angan-angan, dan kehendak yang tidak realistis hanya akan menjadi siksaan, lupa kepada Allah dan memaksakan diri melebihi kemampuan yang ada.

5.     Sholat isya empat reka’at.
Sholat isya empat rekaat sudah kita laksanakan , bacaannya sudah kita pahami, sekarang mari kita renungkan hal berikut ini.

Manusia dikaruniai empat nafsu, yaitu amarah, supiah, luamah, dan mutmainah. Keempat nafsu itu harus kita atus agar sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadist Rosul.
Nafsu amarah kita salurkan untuk bekerja keras di jalan yang benar. Insya Allah hasilnya maslahat untuk keluarga dan sesama .
Nafsu luamah, pada dasarnya manusia suka bersenang-senang maik dalam hal makan, syahwat dan sebagainya. Alangkah baiknya jika nafsu bersenang-senang itu disalurkan dalam kegembiraan dalam berbadah kepada Allah SWT.
Nafsu Supiah. Pada dasarnya manusia suka apabila dipuji. Pujian itu alangkah baiknya apabila datangnya dari Allah, sebagimana Allah memuji Muhammad Rosulullah SAW sebagai manusia terbaik.
Nafsu mutmainah. Ketenangan atau betah itu bagus apabila betah dalam beribadah, belajar, dlam berbuat kebaikan . Sebaliknya apabila seseorang betah dalam kebodohan, dan kemaksiatan maka itu akan menjadi bencana bagi dirinya manupun orang lain.

Demikian sekelumit bahan perenungan bagi kita. Wallahu a'lam bisshowab.. 

Thursday, November 26, 2015

Penghayatan Beragama

Kita sudah beragama, tetapi kadang kurang paham dengan agama yang kita anut. Alhasil kita kurang khusuk dalam beribadah. Berikut kami akan berbagi rasa agar dalam hati kita tertanam benih-benih penghambaan kepada Allah ta'ala.

Rukun Islam mungkin sudah kita tunaikan semua baik syarat dan rukunnya. Penghayatan terhadap setiap rukun jelas harus kita perdalam. Berikut sumbang saran kami.

1. Dua kalimat syahadat.
Apakah kita sudah meyakini dari ainul yakin sampai haqul yakin tentang adanya Allah dan     Muhammad adalah utusan Allah? Nabi Musa pernah bersikeras untuk melihat Allah secara langsung dan Allah menjawab bahwa ia tidak akan mampu karena keterbatasan Musa sebagai manusia. Atau ketika Nabi Ibrahim mencari-cari siapakah Tuhan yang wajib disembah. Kita juga perlu senantiasa berpikir untuk selalu meningkatkan iman dan takwa kita.

2. Sholat 17 rekaat sehari semalam 5 waktu.
Sholat lima waktu mungkin sudah kita laksanakan. Dari niat sampai salam, bacaan dalam sholat juga sudah hafal sekaligus artinya. Namun, bagaimana implementasinya dalam kehidupan kita sehari-hari?

3. Zakat.
Zakat fitrah dan zakat mal ungkin sudah kita kerjakan, tetapi masih saja perlu kita kaji lebh dalam pemahaman tentang zakat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Puasa
Puasa wajib bulan romadhon dan puasa-puasa sunnah mungkin sudah kita laksanakan, tetapi apa makna puasa dalam kehidupan sehari-hari juga masih saja perlu kita perdalam.

5. Haji
Menunaikan ibadah haji mungkin sudah kita laksanakan, tetapi bagaimana pendalaman makna haji itu sendiri masih saja perlu kita kaji agar hati menjadi semakin terterangi oleh cahaya dan kemanisan iman.

Dalam posting berikutnya akan kita bahas satu per satu agar kita menjadi semakin mantap dalam penghambaan kita Insya Allah....

Wednesday, November 25, 2015

Bersyukur Atas Nikmat dan Bersabar Atas Musibah

Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan” (Qs. Al Ahqaf: 20).

Nikmat Allah tidak terhitung banyaknya. Terus mengalir tiada putus, sejak kita di dunia hingga akhirat kelak. Namun, nikmat itu akan terus dinikmati oleh orang-orang yang mau bersyukur. Bersyukur atas rezeki, pada hakikatnya tidak pada banyak atau sedikitnya yang diberikan kepada kita, tetapi pada kekuatan yang diberikan kepada kita sesuai dengan beban yang harus kita tanggung. 

Sebuah contoh, seorang pemimpin, ketika diberi kekuatan sehingga dapat memimpin orang-orang yang dipimpinnya secara adil dan tercukupi apa yang dibutuhkan mereka, maka keadilan dan sifat amanahnya itulah rezeki yang sebenarnya.

Untuk mendapatkan kekuatan dari Allah diperlukan aksi timbal balik. Ingatlah kepada Allah, maka Allah juga ingat kepada kita. Beribadahlah kepada Allah maka Allah akan menanggung keselamatan kita di dunia dan di akhirat.

Demikian juga apabila kita ditimpa musibah. Kita hedaknya kembalikan dan yakini bahwa apa yang menimpa kita semua atas izin Allah. Sebagaiman firman Allah berikut :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah [2]: 155-157) 

Demikian sekelumit bahan renungan, sebagai upaya saling mengingatkan dalam kebaikan. Semoga bermanfaat..amin..