Wednesday, May 29, 2013

ADAB BERGURU (3)

Lebih Lanjut Mengenai Syare'at, Tarekat,
 Hakikat, dan Makrifat

Pelajaran tentang keempat hal di atas sudah disampaikan jauh hari di Jawa khususnya sejak syiar Islam yang diemban oleh para waliyullah di Jawa dan Indonesia secara umum.

Di Jawa kita kenal tembang Lir-Ilir yang digubah oleh Sunan Kalijaga. berikut tembang tersebut :

LIR-ILIR

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar 

Tiga baris tembang di atas menggambarkan umat Islam sudah banyak tersebar di mana-mana

Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi

Cah angon (anak gembala)= menggembala nafsu diri pribadi, penekno blimbing (buah bersisi lima, menggambarkan rukun Islam yang lima) kuwi = laksanakan rukun Islam yang lima = sendi-sendi Syare'at.

Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira

Lunyu, licin, tidak mudah, tapi harus terus panjat, naik, melaksanakan perintah Allah untuk meningkatkan derajat ketaqwaan untuk menyucikan dada (hati) = sendi-sendi Tarekat
 
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir

Hatimu, rapuh, mudah berubah dari rasa yang baik berganti iri,dengki dsb. karena adanya khotir (dorongan hati) Illaihi (dari Allah), Malaikatihi (dari malaikat), Rosulihi (dari para Nabi dan Rosul), nafsihi (dari nafsu angkara murka), dan syaitoni (dari setan yang mengajak kepada kemaksiatan)

Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore

Jahitlah (perbaikilah, istighfarlah, akuilah dosa dan kesalahan kpd Allah dan manusia) agar mendapat ampunan dan tenang untuk menghadap Allah ta'ala, Innalillahi wa inna illaihi roji'un = sendi-sendi Hakikat (benar dan nyata)

Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo

Ketika masih diberi umur, masih kuat tenaga, pikiran, waktu, harta, dan saudara seiman, gapailah, usahakan keempat sendi Syare'at, Tarekat, Hakikat, dan Makrifat (meraih kemenangan pada akhirnya = Allah berkenan memberi anugrah berupa ridho, menerima kita/lebur dalam kuasanya = sun suraka surak hiyo = menyatu dalam zdikrullah..)

Sunday, May 26, 2013

ADAB BERGURU (2)

Mengapa Kita Perlu Berguru?

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً (الإسراء : 36 )
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’:36)


Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib berkata, “Tidak akan didapat ilmu (yang bermanfa’at) kecuali dengan enam perkara......yaitu harus CERDAS, SEMANGAT, BERSABAR, MEIMLIKI BIAYA, MEMILIKI GURU PEMBIMBING DAN WAKTU YANG LAMA.”

     Berdasarkan dua dalil di atas (Al Qur'an dan sunnah qulafaa'ur raashidiin tersebut di atas cukup jelas bahwa kita harus berguru dalam mempelajari ilmu agama Islam. 
     
Hal-hal apa sajakah yang perlu kita gurukan?

     Para ulama besar sepanjang sejarah sudah memberi arahan bahwa tahap2 dalam belajar agama Islam adalah meliputi syare'at, tarekat, hakikat, dan makrifat.
1. Syare'at (tata lahiriah) :Ibadah yang sudahdigariskanhukum2nya, 
    tata caranya dan berpedoman pada Al Qu'an dan  Hadist Nabi

    SAW, ijma' dan Kias. Jadi laksanakan syare'at secara konsisten.
2. Tarekat (tata batiniah), secara ringkas bertujuan membuang sifat 
    tercela dan mengisinya dengan sifat yang terpuji.
    Rasulullah saw. bersabda,"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada 
    segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
    baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak 
    pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama kalbu."
    (H.R. Bukhari dan Muslim).
    
   Karena tata batin sangat menentukan maka pentingkanlah tarekat.
3. Hakikat (sinkronnya tata lahir dan tata batin) : terbukti nyata,
    jujur, sudah terbuka mata lahir dan batin (iku labeting satria 
    datan samar lahir batin)
4. Makrifat (lebur dalam kuasa Allah Ta'ala. (anugrah dari Allah
    yang diberikan kepada orang yang cinta kepada-Nya dan Allah 
    juga mencintainya, maka rendah hatilah serendah-rendahnya  
    ke hadhirat Allah subhanahu wa ta'ala dalam tangis di 
    keheningan malam yang sunyi-subhanaalah...)






Wednesday, May 22, 2013

ADAB BERGURU (1)

Ilmu Sah Mowo Guru, Dadine Kanthi Laku

Saudaraku yang berbahagia, guru yang pantas kita ikuti adalah Muhammad Rosulullah Shallallahu alaihi wasallama dan warisatul anbiyya yaitu para ulama yamg mendapat petunjuk dari Allah Ta'ala. Mengapa ulama yang mendapat petunjuk? karena banyak juga ulama yang tidak mengikuti teladan dari Rosulullah, yaitu ulama-ulama jahat ahli dunia dan tidak pantas dijadikan guru bagi kita yang ingin selamat dunia dan akhirat. 

Apabila Anda sudah berguru pada seorang ulama yang dapat dipercaya maka berikutnya adalah melaksanakan apa yang disampaikan beliau kepada kita. Apa yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram kita tempatkan pada tempatnya masing-masing dengan kontinyu dan konsisten. Pada prinsipnya guru mengarahkan dan kita menjalankan selangkah demi selangkah. Ibarat sudah ditunjukkan arah ke Jakarta, maka kewajiban kita untuk berjalan sesuai arah tersebut.

Lebih Lanjut tentang Memilih Guru, cukuplah tembang mocopat ini jadi nasihat yang baik :

Lamun siro, ambeguru kaki
Jika anda mau berguru
Amiliho manungso kang topo
Pilihlah orang yang paling kuat menahan nafsu
Ingkang becik martabate
Yang terpuji akhlaknya
Sarto kang Mruhing hukum ngger-anggering projo Illahi
Serta yang mengetahui hukum yang ditetapkan dalam kekuasaan Allah Taala
Kawruh kasunyatan mewah kang wus mungkur
Ilmu yang nyata serta sudah meninggalkan kemewahan duniawi
Pamurih marang kadonyan, badan saras susilo hambeg utami
Tidak pamrih dg duniawi, badan sehat lahir batin, selalu mementingkan budi pekerti yg utama
Solah bowo parasojo
Tingkah lakunya sederhana tdk dibuat-buat dan tdk berlebihan

  
 






Monday, May 20, 2013

CERPEN

KASIH SAYANG TEMAN-TEMANKU

Aku bernama Gama. Sekarang aku duduk di kelas IX SMP. Dulu aku adalah anak yang nakal, suka jail dengan teman-temanku, sehingga banyak teman-temanku yang menjauhi dan menghindar denganku. Dulu aku merasa jengkel dengan semua temanku, aku pun bertambah jail dengan mereka semua, padahal keputusan seperti itu adalah keputusan yang sangat bodoh.
Pada siang itu, aku melihat Rio dan Doni sedang makan bekal mereka, aku pun memulai perlakuan jelekku itu dengan mendekati mereka dari belakang, secara mengendap-endap dan semakin dekat, lalu, “Yeaah...! ha..ha..ha aku berhasil mengambil bekal kalian..!”
“Gama.! Kembalikan bekal kami. Kami mau makan!” Bentak Rio dan Doni dengan marah.
“Mengembalikan.? Dengan susah payah aku mengambil bekalmu!”
“Kamu kurang kerjaan banget. Mengganggu kita..! Bentak Doni.
“Sudahlah Don, kita tinggalkan saja dia! Ajak Rio. Mereka pun meninggalkan aku sendiri, walaupun mereka meninggalkan aku, aku merasa puas telah membuat mereka marah.
Sesampainya di kelas, Rio dan Doni masih merasa jengkel kepadaku. Aku tahu kalau mereka masih marah denganku, karena aku mengikuti dan mendengarkan percakapan mereka yang sedang menceritakan kejadian tadi dengan semua teman-teman di kelas. Salah satu teman yang bernama Rani berkata, “Gama memang seperti itu, menurutku dia jail karena ke dua orang tuanya sudah meninggal dunia, sekarang dia tinggal dengan pamannya, dan kurang mendapatkan kasih sayang.”
“Kamu benar Rani, sebaiknya kita lebih menyayanginya untuk menggantikan kasih sayang orang tuanya, walaupun dia jail,” kata Rio.

Sepuluh menit kemudian, terdengar bel pulang sekolah. Semua siswa keluar dari kelas untuk pulang kerumah masing-masing. Terlihat gerombolan adik kelas di depan jalan sekolah. Aku pun ingin menjahili mereka. Aku mendapat ide untuk menimpuki mereka dari belakang dengan kertas, lalu aku mengambil kertas di tasku, kucoba kertas yang pertama, kulemparkan kearah gerombolan adik kelas itu.
“Aduh..! Siapa yang melempar kertas ini.? Hmm... kakak ya?” Tanya salah seorang dari gerombolan itu.
“Ah.. tidak! Kakak tidak melempar kertas itu. Lagi pula tidak ada buktinya kan?” Jawab ku.
“Oh... Maaf ya kak,” jawab anak tersebut. Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Namun, aku belum merasa puas. Dengan suara lirih aku berkata, “satu kali lagi ah..” Dan aku melemparkan kertas kearah mereka.
“Ih....! tidak salah lagi, pasti kakak di belakang kami itu yang melempar kertas ini!” Bentak anak itu dengan jengkel.
“Ha..ha..ha.. emang kenapa? Memang kakak yang melempar kertas itu! Jawab ku dengan perasaan puas.
“Kakak adalah kakak kelas kami. Seharusnya kakak memberi contoh yang baik pada adik kelas!”
“Ah tak usah di pikirkan! Ya Sudah. . kakak mau pulang. Da.. da..”
 Aku lari dan meniggalkan mereka yang marah dan jengkel karena kejahilanku.
Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu. Tetapi tidak ada yang membukakan, pintunya pun terkunci.
 “Paman ke mana ya.. Tanya ku di dalam hati”
 Tak sengaja aku melihat amplop di bawah kursi, ternyata isinya kunci rumah dan sebuah surat. Kubuka surat itu dan kubaca. Isi surat mengatakan bahwa paman sedang pergi ke rumah anaknya karena anaknya sakit. Paman tidak mengajakku karena paman pergi tadi pagi waktu aku sekolah dan paman berpesan jika aku ingin makan, pergi saja ke kebun untuk mencari sayuran dan singkong untuk di rebus, sedangkan nasi sudah disiapkan oleh paman.
Kemudian aku ganti baju, lalu pergi ke kebun untuk mencari sayuran. Sesampainya di kebun aku mencari daun singkong. Kuambil daun yang paling ujung atas. Satu demi satu dan kukumpulkan. Setelah aku rasa cukup, lalu aku mencari singkong. Kucari pohon yang batangnya besar dan sudah tua. Setelah menemukan pohon yang cocok, aku langsung mencabut pohon singkong itu. Aku pisahkan singkong yang enak dimakan dan yang tidak. Setelah semuanya cukup dan ku rasa sudah selesai, aku bergegas untuk pulang. Belum sampai di rumah aku bertemu Rio, Doni dan Rani sedang berjalan beriringan.
“Gama..?  kamu ngapain kok bawa singkong, sama sayuran..?” tanya Rani.
 “Aku mau makan, tetapi paman nggak ada di rumah. Soalnya paman kerumah anaknya yang sakit. Lalu dia menitip pesan, kalau aku lapar cari saja singkong sama sayuran dikebun,” jawabku.
“Hmm.. Kamu mau bantuan kami nggak? Kami mau kok membantu kamu masak” Rio menawarkan.
“Bantu aku..? aku nggak butuh bantuan kalian. Aku bisa masak sendiri kok!” jawabku dengan sombongnya.
 “Kita kan teman. Harus saling membantu,” jawab Doni.
“Tidak..! Aku tidak butuh bantuan kalian”
“Ya sudah kalau kamu menolak tawaran kami. Kami pulang dulu,” jawab Rani.
Setelah sampai dirumah aku langsung memasak. Aku merebus daun singkong dan menggoreng singkong. Sekitar lima belas menit masakanku pun matang. Aku langsung mengambil nasi dan daun singkong rebus kemudian aku makan dengan lahap.
Keesokan harinya, aku bangun dari tidurku aku langsung melihat ke kamar paman, ternyata paman belum juga pulang. Lalu aku beranjak untuk mandi, sarapan,  dan berangkat sekolah.
Sesampainya di gerbang sekolah, Rio bertanya padaku, “Gama, kamu sudah mengerjakan PR matematika belum? Kalau aku sih udah..”
“Ngapain kamu tanya-tanya aku.!” Jawab ku cuek
“Hmm... Ya aku Cuma tanya aja...”
“Udah ah.! Aku mau ke kelas...”
Di perjalanan menuju kelas aku berkata dengan suara lirih “Aduh... Iya ya aku baru ingat. Matematika ada PR di buku paket. Aku juga nggak bawa buku paketnya. Belum aku kerjakan pula PRnya... Aduh...”
Sesampainya dikelas sekitar tiga menit bel pun berdering. Hatiku berdetak dengan kencang. Karena jam pertama dan kedua adalah pelajaran matematika. Tiba-tiba Pak Lan guru Matematika, masuk kelasku dan berkata “Selamat Pagi anak-anak. Keluarkan buku dan PR kalian”. Semua murid mengeluarkan buku dan PRnya masing-masing. Kecuali aku. Pak Lan mengetahui kalau aku tidak mengeluarkan buku dan ia menghampiriku lalu berkata dengan wajah yang membuatku takut, “Mana buku dan PR kamu? Kamu tidak mengerjakan PR atau tidak membawa bukunya..?!
“Hmm.. Ma..maaf pak. Saya lu..lupa mengerjakan PR dan lupa me..membawa bu..bukunya,” jawabku dengan gugup dan rasa takut.
“Sekarang kamu maju ke depan. Cepat...!!”
Setelah aku berdiri dan maju ke depan. Pak Lan mengambil spidol di saku bajunya. Ia pun menggambar mukaku dengan kumis dan mulut seperti kucing. Aku pun menjadi bahan tertawaan semua murid. Salah satu murid berdiri dan berkata “Ha...ha...ha... Gama! Kamu seperti kucing Anggora yang belum mandi...” “Ha..ha..ha..,” Semua murid bertambah menertawakanku. Aku hanya tertunduk dan sangat malu. Kemudian Pak Lan berkata, “Kamu berdiri di depan kelas sampai satu jam pelajaran saya, dan nanti waktu istirahat kamu menyapu ruang kelas ini.”
“Pak... Kalau menyapu saya mau. Tapi berdirinya Jangan satu jam. Dua puluh menit aja...”
 “Diam kamu! Saya bilang kamu berdiri di depan kelas satu jam!”
Setelah satu jam aku berdiri di depan kelas, aku pun di izinkan Pak Lan untuk duduk dan mengikuti pelajaran kembali.
Waktu istirahat pun tiba. Aku mengambil sapu dan menyapu ruang kelasku. Pak Lan memperhatikanku dengan maksud agar aku menyapu ruang kelas sampai bersih dan aku menyelesaikan hukumanku dengan baik.
Setelah waktu istirahat. Aku masuk kelas untuk mengikuti pelajaran yang selanjutnya.     
 “Kring...kring” bel pulang sekolah berdering, aku langsung keluar dari kelas, dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu dan paman yang membukakanya.
Aku bertanya pada paman, “kapan Paman pulang?”
“Tadi jam setengah sembilan, Paman sampai rumah. Bagaimana kemarin, kamu makan sama apa?” Tanya Paman.
 “Aku makan daun singkong rebus dan singkong goreng. Lalu bagaimana keadaan anak paman?”
 “Sudah mendingan. Kamu makan dulu sana, sudah Paman siapkan nasi goreng di meja makan.”
“Ya Paman, terima kasih!”
Pada sore harinya. Aku duduk di depan rumah. Kebetulan anginnya semilir dan cuacanya pun cerah. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan tak lama kemudian aku pun tertidur. Aku bermimpi, di dalam mimpiku ini aku berada di sebuah tempat yang banyak pohon besar, bunga-bunga yang indah dan banyak anak-anak se usiaku yang bermain dan bercanda gurau. Tiba-tiba aku di hampiri seorang kakek. Ia berkata, “Kamu tidak mempunyai semua kebahagian ini. Lihatlah mereka, bercanda gurau dan bersenang-senang dengan teman-temannya. Kamu mempunyai teman yang menyayangi dan memperhatikanmu. Tapi kamu selalu membuat mereka marah karena kejahilanmu.. Ingatlah kata kakek ini teman adalah harta yang sangat mahal. Kamu hanya bisa mempunyainya dengan sebuah cinta dan kasih sayang.” Lalu kakek itu hilang secara tiba-tiba. Aku hanya diam, heran, dan aku sangat mendengarkan kata kakek itu. Di dalam tidurku inilah aku menyadari bahwa selama ini aku salah telah menggangu dan menjahili teman-temanku yang menyayangi dan memperhatikanku.
Setelah itu, aku langsung bangun dari tidurku dan aku berkata dengan penuh penyesalan,“Selama ini aku salah. Aku selalu membuat teman-temanku marah. Padahal mereka sangat sayang padaku.”
Kemudian aku masuk rumah dan meminta izin pada paman untuk pergi ke lapangan. Tempat biasanya anak-anak bermain.
“Paman, aku mau izin pergi ke lapangan,” kataku.
“Ya, tapi pulangnya jangan terlalu sore,” jawab Paman.
Aku pun lari menuju lapangan. Ternyata benar, di sana banyak anak-anak yang sedang bermain.
“Teman-teman! Aku ikut bermain dengan kalian ya.” Aku menghampiri mereka.
“Kak Gama... Tumben kakak ke sini?” tanya Fajar, adik kelas yang pernah aku  jahili.
“Kamu..? Adik kelas itu kan..?”
“Ya, aku Fajar. Aku adik kak Rani.”
“Oh...maaf ya Fajar waktu itu aku menjahili kamu dan membuatmu marah.”
“Ya kak, aku udah memaafkan kakak kok.”
 “Hmm.. Teman-teman, kalian semua mau memaaafkan aku kan? Selama ini aku sering membuat kalian marah dan selama ini aku tidak mempunyai kebahagiaan yang membuatku tertawa, ceria. Itulah yang membuatku mempunyai perlakuan jelek. Aku pikir dengan perlakuan jelekku itu aku bisa membahagiakan diriku, padahal itu hanya membuat aku kesepian dan tersiksa.”
“Setiap orang pasti punya kesalahan dan suatu saat ia akan menyadari kesalahanya. Kami pasti mau memaafkan kamu Gama. Iya kan teman-teman?” Kata Rio dan Doni.
“Kalian baik banget. Sungguh kalian semua adalah harta yang sangat mahal bagiku,” Aku berkata dengan berlinang air mata.
“Sudah, tak usah menangis,” Kata Doni.
“Ha...ha...ha...” Kita pun tertawa ria dan bermain bersama.
Setelah puas bermain. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah aku mandi lalu menata buku sekolah dan belajar. Sekitar dua puluh menit aku belajar. Terdengar suara adzan maghrib aku pun bergegas pergi ke mushola untuk menunaikan shalat maghrib. Aku melaksanakan shalat dengan khusyuk.
Setelah dari mushola, aku pulang dan melanjutkan belajar. Selesai belajar aku di suruh paman untuk makan malam dengan lauk ikan asin, tempe goreng, dan telur goreng walaupun sederhana aku tetap bersyukur masih di beri rizki dan makanan.
 Pada malam harinya, sekitar pukul sembilan malam paman menyuruhku untuk tidur. Aku ke kamar. Aku berbaring di tempat tidurku. Namun sebelum aku tertidur aku berkata di dalam hatiku “kasih sayang teman-temanku tak akan ku lupakan sampai akhir hayatku, terima kasih temanku, aku sangat sayang padamu. Kepada kakek yang ada dalam mimpiku kuucapkan,” Terima kasih kek.. Kau telah menyadarkanku tentang arti sebuah kasih sayang.” Kemudian dengan pelan mataku terpejam, sedangkan di langit, sang dewi malam menemaniku, semua bintang berkelap-kelip memandangku, dan aku tertidur dengan mimpi indahku.

Sunday, May 19, 2013

Kunci Sorga

Perumpamaan orang yang berdzikir dalam hadits عن أبي موسى الأشعري عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((مثل الذى يذكر ربه والذى لا يذكره, مثل الحي والميت)) [رواه البخارى]
Artinya: “Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dengan orang yang sudah mati” (HR. Bukhari).
وفى رواية: ((مثل ا لبيت الذى يذكر الله فيه, والبيت الذى لا يذكر الله فيه, مثل الحي والميت)) [رواه مسلم]
Artinya: “Dalam riwayat lain disebutkan: “Perumpamaan rumah yang di dalamnya dipakai untuk berdzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak dipakai berdzikir, seperti orang hidup dengan orang mati” (HR. Muslim).

So...bagaimana dengan kita Bro..masuk golongan yang mana nih..

Wednesday, May 1, 2013

Koco Benggolo

Apakah Bahagia Itu?

Ada yang mengira bahagia itu banyak uang
banyak harta
banyak istri
banyak jabatan....

Tetapi yang kutahu
banyak orang kaya harta tapi tak bahagia
malas berderma, digunjing tetangga
tak sempat ibadah apalagi menuntut ilmu

Yang kutahu
mereka yang jadi buron negara
juga orang tak kurang suatu apa
yang mereka punya banyak yang bersengketa

Yang kutahu
yang bersorban, berpeci tak tentu juga suci hati
tampang mereka masih penuh gelak tawa
melempar ilmu dalam sekejap mata

Lalu...apakah bahagia itu?

Kata saudaraku bahagia itu..
adalah melihat diri sendiri
karena dalam diri
tersembunyi rahasia Illahi
dalam diri
tak ada yang tersembunyi
dalam diri
terlihat segala keinsyafan insan
dalam diri
terhapus segala pamrih 
atas apaun
selain Illahi Robbi
Laaillaha..meniadakan segalanya
Illallah...hanya Allah yang ADA
.....................