Wednesday, July 31, 2013

ADAB BERGURU (6) GORO-GORO

YUK RELAKS SEJENAK

     Buya Hamka pernah berkata : Jalan untuk berjuang itu ada dua jalan, yaitu (1) Politik, (2) Seni dan Dakwah. Mengapa jalur seni dan dakwah jadi satu jalan? Simpel saja jalan dakwah identik dengan aktivitas berpikir (menguras energi tentunya) maka harus diimbangi dengan seni (supaya tidak menjemukan) dan tuntunan yang disampaikan dengan kreatifitas seni tentu menyenangkan dan mudah dipahami bukan?
     Sehubungan dengan jalan seni dan dakwah pula mari kita bergembira, menghibur diri dengan menikmati adegan GORO-GORO (lazim disajikan dalam pementasan pagelaran wayang kulit). Masyarakat Jawa khususnya dan penggemar wayang tentu akrab dengan paraga PONO KAWAN yaitu SEMAR, GARENG PETRUK DAN BAGONG. Sunan Giri, Sunan Kali Jaga dan para Wali lainnya yang telah menciptakan tokoh-tokoh Pono Kawan ini tentu saja bermaksud untuk mengisi kekosongan makna, lebih tepat memperkaya makna terhadap ajaran Islam yang-waktu itu- baru masuk ke Nusantara. Masyarakat Jawa yang semula beragama Hindu Budha tentu lebih mudah apabila diajak untuk memahami ajaran Islam tidak langsung secara tekstual, melainkan lebih mengena memakai peraga-peraga yang akrab dalam kehidupan nyata sehari-hari.
     Nah. langsung saja ya...Pada setiap adegan GORO-GORO selalu muncul tokoh Pono Kawan di atas dengan riang gembira bersuka ria berjoget menyayikan gending-gending Jawa-tentu sarat dengan ajaran kebaikan-untuk sejenak menghibur penonton dari beban keruwetan kehidupan sehari-hari. Kalau kita sejenak mau melihat lebih jeli...mengapa tokoh Semar dan ke tiga anaknya selalu tampil menghibur majikan mereka, yaitu para Pandawa (sekaligus kita)?
     Jawabannya adalah pada penafsiran kita terhadap peraga tokoh-tokoh tersebut, mulai dari nama-nama mereka, bentuk fisiknya, dan profil mereka selengkapnya. Para pakar jagat pewayangan tentu sangat paham terhadap makna simbol-simbol Pono Kawan ini. Berikut beberapa pendapt tentang Pono Kawan.
Pendekatan ajaran Islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Barangkali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh pewayangan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong sebenarnya berasal dari bahasa Arab.

Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya siap sedia. Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari bahasa arab Ismar. Menurut orang yang berpendapat ini, lidah orang Jawa membaca kata is- menjadi se-.

Contohnya seperti Istambul dibaca Setambul. Ismar berarti paku. Tak heran, jika tokoh Semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada. Ia selalu tampil sebagai penasihat.

Lalu, ada yang berpendapat, Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Versi lain meyakini, Nala Gareng diadaptasi dari kata Naala Qariin. Orang Jawa melafalkannya menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman.

Dalam laman wayang.blogspot.com disebutkan, hal itu sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya umat agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.


Bagaimana dengan Petruk? Ada yang berpendapat, Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan.

Selain itu, ada juga yang berpendapat kata Petruk diadaptasi dari kata Fatruk—kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, Fat-ruk kulla maa siwallaahi (tinggalkan semua apa pun yang selain Allah).

Wejangan itu, menurut tulisan dalam laman wayang.blogspot.com, menjadi watak para aulia dan mubalig pada waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong, artinya kantong yang berlubang.

Maknanya bahwa setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang, papar tulisan itu.


Sedangkan Bagong, diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya lalim atau kejelekan. 


Pendapat lainnya menyebutkan, Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yakni, berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan.

Dalam pagelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong.

Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam.

Jika Punakawan ini disusun secara berurutan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, secara harfiah bermakna, “Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan. (sumber:kompilasi blog)





     Menurut hemat penulis, penafsiran makna-makna di atas adalah upaya untuk menegakkan langkah kita dalam meniti kebenaran hidup saat demi saat, ibarat tongkat yang bisa kiat gunakan untuk memudahkan langkah di jalan yang licin dan terjal. Ibarat payung yang dapat kita gunakan sewaktu hujan, ibarat arah jalan yang harus kita tempuh agar tidak tersesat.
     Mengapa demikian? Karena kita pasti setuju bahwa setan yang menjadi musuh orang beriman senantiasa menggoda agar kita lupa dan enggan mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dalam kemapanan (atau lebih tepat : kekosongan atau alpa) itulah yang cenderung membuat manusia LUPA DIRI. Maka dengan pengayaan makna-makna kebenaran yang dikreatifkan dalam bentuk Dakwah dan Seni tadi akan membuat kita selalu waspada sekaligus gembira dalam Penghambaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Taala. (bersambung)

Wednesday, July 24, 2013

ADAB BERGURU (5)

Pokok Persoalan itu adalah tentang MATI

    Dari sebuah hadis dijelaskan bahwa apabila Allah SWT menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: "Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini karena orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah SWT." Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah SWT dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu.
Lalu Allah SWT berfirman : "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain." Setelah malaikat maut mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikat maut pun coba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan." Oleh karena malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut coba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki ini sentiasa berjalan terus menerus mengerjakan shalat dengan berjama’ah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu." Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut coba pula dari arah telinga. Ketika malaikat maut menghampiri telinga, maka telinga pun berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Qur’an dan zikir." Terakhir malaikat maut coba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru hendak menghampiri mata maka berkata mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takut akan Allah." Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah SWT kemudian Allah SWT berfirman : "Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu." Setelah mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah SWT. Setelah melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah SWT maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang
.  (sumber :kompilasi blog)

     Dari riwayat para nabi dikisahkan::
-Nabi Kidhir AS masih hidup hingga akhir zaman karena oleh Allah SWT dikaruniai mandi dan minum air 'ainul hayat' (baca perjalanan Nabi Khidhir AS bersama raja Iskandar Zulkarnain).
-Nabi Ilyas AS masih hidup sampai akhir zaman karena ketika akan diwafatkan, beliau mohon supaya tetap hidup karena kalau beliau mati tidak dapat berdzikir lagi, oleh Allah SWT permohonan beliau dikabulkan.
-Nabi Idris AS, meminta malaikat Izrail AS agar mencabut ruhnya dan mohon agar dihidupkan kembali, oleh Allah SWT dikabulkan, akhirnya beliau tinggal di surga di langit ke 4.
 
Pada riwayat lain disebutkan:
Rasa sakit dari sakratul maut.
-      Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
 
-      Aisyah Ra berkata, “Aku tak percaya bahwa rasa sakit saat ajal seseorang yang lain lebih ringan daripada rasa sakit saat kematian Rasulullah scperti yang ku-saksikan.” Rasulullah Saw berdoa, “Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengambil nyawa dari ruas, sendi, tulang-belulang bahkan dari ujung jari. Ya Allah Tuhanku, mudahkanlah kematian itu untukku.”Beliau bersabda sesaat menjelang ajalnya, “Rasa sakit saat kematian datang ibarat ditusuk dengan 300 mata pedang.”
 
-     Rasulullah SAW  Bersabda, “Seringan-ringan rasa sakit saat kematian sama dengan 700 kali rasa sakit yang disebabkan oleh trisula besi yang dicabut setelah ditusukkan pada kedua bola mata.”
 
-      Suatu ketika, Nabi Saw menjenguk seorang yang sakit lalu bersabda, Aku tahu rasa sakit yang kauderita. Tidak ada urat yang tak merasakan rasa sakit saat kematian datang.”
 
-      Musa As berkata, “Kematian itu seperti seekor Merpati yang hidup kemudian. ia dibakar (digoreng) di atas pembakarán (penggorengan), ia tak mampu terbang dan juga tak selamat dari rasa sakit saat mati.”
 
-     Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang Besi panas berduri yang dimasukkan kedalam mulut sampai ke perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga besi itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”. (HR Bukhari) (sumber :kompilasi blog)
 
 
            Dari berbagai riwayat tadi apa yang engkau pikirkan wahai saudara-saudaraku? kematian yang seperti apakah yang engkau pilih? Mudah-mudahan Allah SWT berkenan mengampuni dosa kita dan meringankan penderitaan saat kematian kita tiba..Amin...



Wednesday, July 17, 2013

ADAB BERGURU (4)

MELAWAN (HAWA NAFSU) DIRI SENDIRI

     Sering kita mebahas topik perlawanan, seperti melawan kebodohan, melawan kemiskinan, dsb. Untuk kali ini mari kita pikirkan satu topik yaitu melawan diri sendiri. Rosulullah pernah bersabda bahwa perang melawan musuh di medan perang adalah jihad kecil, tetepi melawan nafsu diri sendiri adalah jihad besar. Sebagaimana hadist Rasul yang beliau sampaikan sekembalinya dari perang Badar, yang artinya : 

      "Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? ” Baginda berkata, “Peperangan melawan hawa nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi)  

     Nah, telah jelaslah bahwa perang yang berat adalah menahan diri agar tetap konsisten  berada dalam jalan kehidupan yang telah digariskan batas-batasnya oleh agama. Dalam bulan Ramadhan ini kita bisa dapatkan hikmah yang sangat besar dalam hubungannya dengan pelatihan menahan diri. Dengan berpuasa maka kita mendesak pengaruh setan dalam hati kita agar tidak leluasa menggoda kita sehingga dapat
terhindar dari berbuat nista.
     Dalam konsep Tarekat, menyucikan hati hanyalah bisa dilakukan dengan Istighfar (bertobat) dan bersholawat pada Nabi Muhammad SAW.  Jika hati telah bersih maka kenikmatan batin akan dirasakan oleh seorang hamba dan semakin bersih semakin bertambah nikmatnya dan itulah yang membuat seorang hamba Allah menjadi tergila-gila (zauk) pada Allah Taala. Bagi hamba yang dekat dengan Allah maka bau sorga senantiasa dapt tercium olehnya, subhanallah. Wallahu a'lam bishowab.