Tuesday, September 17, 2013

ADAB BERGURU (10) HARGA MASUK SURGA

BAGI YANG INGIN MASUK SURGA, INILAH HARGANYA

     Kebanyakan orang akan mengira kata 'harga' berkaitan dengan nilai uang. Kali ini bersifat relatif. Uang, harta benda, emas dan perak bukan segalanya.

Dalam surat al-Shaff ayat 10 dan 11, Allah telah berfirman:
يا أيها الذين امنوا هل ادلكم على تجارة تنجيكم من عذاب اليم
تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون فى سبيل الله بأموالكم وأنفسكم ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون
Yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksa yang pedih.# (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad (berjuang) di jalan Allah dengan harta dan  jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.

 Syarat perniagaan yang tidak pernah rugi adalah beriman Pada Allah dan Rasul-Nya dengan memastikan hal-hal sebagai berikut:

1. Berani mematikan segala penyakit hati (sombong, takabur, iri, dengki, hasut, bohong,   
   dan sebagainya) sehingga hati menjadi bersih dan iman semakin kokoh.
2. Benar-benar tidak memiliki sifat-sifat tercela yang tersembunyi dalam hati.
3. Berbuat baik kepada sesama makhluk, bahkan disakiti sekalipun harus memaafkan, 
    ibarat dilempar batu balaslah dengan kapuk, dilempar kotoran balas lemparlah dengan  
    roti. Berani mengakui kesalahan walupun tidak bersalah (demi ketentraman keluarga 
    dsb.)

Tiga hal diatas mudah diucapkan tapi sama sekali tidak mudah diwujudkan dalam diri kita masing-masing. Inilah jihad (perjuangan) tiada akhir selama kita di dunia. Namun, janji Allah tidak pernah berubah. Hanya orang yang diberi petunjuk dan kekuatan untuk menempuh jalan yang benar saja yang pada akhirnya memperoleh kemenangan Innalillahi wa innailaihi roji'un (kita berasal dari Allah dan diterima kembali oleh Allah SWT) dengan hati yang gembira. Insya Allah..
Wallahu a'lam bishowab..

Friday, September 13, 2013

ADAB BERGURU (9) MATI (NIKMAT KEPATI-PATI/NIKMAT YANG SANGAT)

Inna lillahi wa inna illaihi rajiun


    Ketika ditimpa mushibah, Allah mengajarkan umat Muhammad untuk berucap. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya akan kembali). Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 155-157
ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين. الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون. أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون.
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.



    Jadi "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Asal dari Allah dan kembali kepada Allah) adalah tujuan hidup orang beriman. Kehidupan yang sebenarnya atau hidup yang sempurna adalah SESUDAH MATI. Siapakah orang-orang yang beruntung itu? Mereka adalah orang-orang yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

    Siapakah orang -orang mendapatkan keberkatan (kebaikan yang banyak lagi tetap) yang sempurna? Mereka yang selalu menghamba pada Allah SWT, tidak kepada yang lain.
    Siapakah yang mendapat rahmat (karunia/pemberian) dan mendapat petunjuk dari Allah SWT? Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mencintai dan dicintai Allah SWT karena keshalehannya.

   Jadi Mati bagi orang yang benar, bener-bener nikmat yang kepati-pati (nikmat yang sempurna)..bagaimana dengan kita...siapkah kita menyambut kebahagiaan yang sempurna tersebut...? atau malah kebalikannya..Takut dengan azab yang menanti..? Jawabnya ada dalam hati kita masing-masing...monggo direnungkan sebelum semuanya terlambat...





Sunday, September 1, 2013

ADAB BERGURU (8) BAITULLAH

QOLBU MUKMININ BAITULLAH

Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pulalah akhlaknya dan jika ia tidak baik maka tidak baik pula akhlaknya. Ia adalah qalbu atau biasa kita kenal dengan namanya hati.
ALLAH telah berfirman dalam hadits qudsi,

Qalbul mukmin Baitullah.”
“Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.”

Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang
(HR Abu Dawud ).
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”( QS. Ar Rahmaan : 33 )
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
“Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (سُلْطَاناً نَّصِيراً )( QS. Al Israa’ : 80)


Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”.
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”.
Ternyata Syaikh Abu Yazid masih saja tenang, bahkan patuh dan menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Selanjutnya sang sufi itu mengungkapkan: “Wahai Abu Yazid, hatiku adalah rumah Allah, dan ka’bah juga rumah Allah. Hanya saja perbedaan antara ka’bah dan hatiku adalah, bahwasanya Allah tidak pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya, sedangkan Ia tidak pernah keluar dari hatiku sejak dibangun oleh-Nya”.
Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, dan sang sufi itupun mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata: “Sudahlah, lanjutkan saja perjalanan muliamu menuju ka’bah” perintahnya

Dalam bahasa ilmu Tasawuf, Kiblat kita itu ada 4 yaitu :
  1. Ka’bah (syariat), 
  2. Qalbu (Thariqat), 
  3. Mursyid (hakikat) dan 
  4. Allah SWT (makrifat) 
Dari kompilasi banyak sumber di atas, bagaimana kita memahami tentang Baitullah yang tepat?
Jelas dan nyata bahwa belajar agama selalu berlanjut dari menata lahiriah dan menata batiniah. Keduanya saling berhubungan.
Sebagai rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi yang mampu.
Hati harus senantiasa dijaga kesuciannya agar Allah selalu ridho memberi petunjuk, Nur dan Cahaya serta Dzat-Nya senantiasa dapat kita saksikan.
Jihad akbar adalah menaklukkan nafsu sehingga hati menjadi senantiasa berdzikir kepad Allah SWT.
Makrifatullah adalah cita-cita tertinggi seorang mukmin.