Imam Junaed r.a. berkata: “Barang siapa yang melulu fiqih/sareat saja
tanpa tasawuf adalah fasiq, siapa yang melulu tasawuf saja tanpa fiqih
adalah zindiq. Siapa yang mengumpulkan keduanya (sareat dan
hakekat/fiqih dan tasawuf) adalah benar”.
Banyak orang belajar tetapi belum merasakan manisnya ilmu. Hal ini dikarenakan mereka tertipu oleh nafsunya sendiri. Semangat menuntut ilmu terkurangi dan akhirnya 'kalah' dengan kenikmatan duniawi yang hanya menuruti syahwat saja. Sabagaimana firman Allah :
Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
At Taubah : 24
Jihad akbar adalah melawan hawa nafsu yang sangat keras menguasai setiap individu bersama dengan hal-hal yang tersebut dalam ayat di atas (anak, istri, perdagangan, rumah dan harta benda lainnya yang menghalangi niat jihad seseorang).
Keharusan untuk belajar ilmu syareat dan hakikat (lahir dan batin) disampaika oleh Imam Hujjatul Islam Imam Ghazali r.a. dalam kitab “Ihya” yang menegaskan,
siapapun yang tidak memperoleh ilmu ini (ilmu batin) maka dikhawatirkan
mereka mati dalam kekafiran.
Orang-orang yang tetap kasih kepada dunia dan tetap pula dalam
kungkungan hawa nafsunya, tidak akan menemukan rasa “tahkik”/kemantapan
ilmu ini, meskipun dalam ilmu-ilmu lain dia berhasil. Setidak-tidaknya
dia tidak akan diberikan perasaan kemanisan ilmu.
Mumpung masih ada umur dan kekuatan marilah kita belajar dan berjihad (melawan hawa nafsu) dengan mencintai Allah dan Rosulnya melebihi cinta kita kepada dunia dan seisinya....
Friday, December 13, 2013
Monday, November 25, 2013
KISAH ASHABUL KAHFI
ENAM PEMUDA CERDAS, SEORANG PENGGEMBALA YANG BERIMAN
DAN SEEKOR ANJINGNYA YANG SETIA
Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, raja
sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala,
tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahawa ada
balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan
maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan
bingungnya raja itu, sampai tanpa disedari mahkota yang sedang
dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh
terpelanting dari atas singgahsana. Salah seorang pembantu yang berdiri
di sebelah kanan --seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: "Kalau
Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu
ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air
besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."
.
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum?"
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum?"
.
"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur." Teman-temannya bertanya: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: "Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian ku fikirkan juga bumi ini: "Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget?" Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: "Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"
"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur." Teman-temannya bertanya: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: "Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian ku fikirkan juga bumi ini: "Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget?" Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: "Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"
.
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata: "Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!" "Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!" "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya. (CUPLIKAN DIALOG PENDETA YAHUDI DAN SAYYIDINA ALI dalam http://tigosotigo.blogspot.com).
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata: "Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!" "Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!" "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya. (CUPLIKAN DIALOG PENDETA YAHUDI DAN SAYYIDINA ALI dalam http://tigosotigo.blogspot.com).
Singkat kisah, mereka melarikan diri dari kerajaan ke dalam sebuah gua dan Allah menidurkan mereka selama 309 tahun. Mereka pergi membawa keyakinan kepada Allah SWT. Meninggalkan keluarga dan sanak saudara mereka. Mereka pergi meninggalkan semua fasilitas mewah dan jabatan mereka sebagai penasihat raja untuk mencari Tuhan yang haq.
Mereka "disambut" oleh Allah 'dalam dekapannya yang tenang dan tenteram, dengan menidurkan dan menjaga mereka selama ratusan tahun tetap utuh dan tidak menua. Subhanallah...
Pernahkah terpikir dalam diri anda punya tekad seperti mereka untuk mencari Allah dengan meniadakan segalanya yang memenuhi jagat raya ini, kecuali Dia Allah robbul izzati ?Apa yang ada dalam hati saudara selain yang merasa anda miliki sekarang?
Sudah kenalkah Anda dengan Dzat yang menghidupkan dan mematikan Anda? Sudahkah anda meluangkan waktu untuk menyebut Asma-Nya dalam detak jantung anda? Pernahkah anda meninggalkan dunia dunia ini walau hanya sekejap mata saja?
Para pemuda Ashabul Kahfi meninggalkan semuanya demi Allah yang wajib disembah hanya dengan berbekal 3 dirham saja dan iman yang tak tergoyahkan. Berapa bekal yang anda siapkan untuk 'bertemu' dengan Allah SWT ? Berapa sumber daya dan sumber dana yang anda habiskan demi kenikmatan duniawi saja ini? Hitung-hitunglah sebelum anda ditagih kelak setelah kealpaan anda berakhir dengan sebesar-besarnya kerugian dan sebesar-besarnya penyesalan yang tak berujung...!!!
Thursday, November 21, 2013
TAHUN BARU HIJRIYYAH TAHUN PENUH MAKNA
BULAN MUHARRAM
Nabi saw. bersabda, “Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram. Dan satu bulan lagi adalah Rejab yang terletak antara Jamadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Muslim no. 1679)
Tahun baru, suasana baru,tekad baru, untuk lebih baik dari tahun sebelumnya. Berharap hal-hal buruk yang pernah dilakukan tidak terulang di bulan yang suci ini. Berharap ada pertobatan besar...yang dapat dijadikan patokan untuk berperilaku yang lebih santun.
Satu tahun berlalu. Kesempatan untuk belajar semakin terbatas. Banyak waktu terbuang terlarut dalam gegap gempita kehidupan yang tak kekal ini. Kapan kita menyisihkan waktu menengok alam keabadian yang telah ditunjukkan pada para sholihin, muhlisin dan para arifin billah..? Ya..kapan lagi kalau tidak sejak sekarang. Mumpung masih ada kesadaran. Mumpung masih ada kekuatan. Raih dan perjuangkan cita-cita mulia. Meningkatkan derajat muslim menjadi mukmin, mukhsin, dan mukhlisin....
Tuesday, September 17, 2013
ADAB BERGURU (10) HARGA MASUK SURGA
BAGI YANG INGIN MASUK SURGA, INILAH HARGANYA
Kebanyakan orang akan mengira kata 'harga' berkaitan dengan nilai uang. Kali ini bersifat relatif. Uang, harta benda, emas dan perak bukan segalanya.
Dalam surat al-Shaff ayat 10 dan 11, Allah telah berfirman:
يا أيها الذين امنوا هل ادلكم على تجارة تنجيكم من عذاب اليم
تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون فى سبيل الله بأموالكم وأنفسكم ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون
Yang
artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksa yang pedih.#
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad (berjuang)
di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.
Syarat perniagaan yang tidak pernah rugi adalah beriman Pada Allah dan Rasul-Nya dengan memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Berani mematikan segala penyakit hati (sombong, takabur, iri, dengki, hasut, bohong,
dan sebagainya) sehingga hati menjadi bersih dan iman semakin kokoh.
2. Benar-benar tidak memiliki sifat-sifat tercela yang tersembunyi dalam hati.
3. Berbuat baik kepada sesama makhluk, bahkan disakiti sekalipun harus memaafkan,
ibarat dilempar batu balaslah dengan kapuk, dilempar kotoran balas lemparlah dengan
roti. Berani mengakui kesalahan walupun tidak bersalah (demi ketentraman keluarga
dsb.)
Tiga hal diatas mudah diucapkan tapi sama sekali tidak mudah diwujudkan dalam diri kita masing-masing. Inilah jihad (perjuangan) tiada akhir selama kita di dunia. Namun, janji Allah tidak pernah berubah. Hanya orang yang diberi petunjuk dan kekuatan untuk menempuh jalan yang benar saja yang pada akhirnya memperoleh kemenangan Innalillahi wa innailaihi roji'un (kita berasal dari Allah dan diterima kembali oleh Allah SWT) dengan hati yang gembira. Insya Allah..
Wallahu a'lam bishowab..
Friday, September 13, 2013
ADAB BERGURU (9) MATI (NIKMAT KEPATI-PATI/NIKMAT YANG SANGAT)
Inna lillahi wa inna illaihi rajiun
Ketika ditimpa mushibah, Allah mengajarkan umat Muhammad untuk berucap. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya akan kembali). Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 155-157
ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين. الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون. أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون.
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Jadi "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Asal dari Allah dan kembali kepada Allah) adalah tujuan hidup orang beriman. Kehidupan yang sebenarnya atau hidup yang sempurna adalah SESUDAH MATI. Siapakah orang-orang yang beruntung itu? Mereka adalah orang-orang yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Siapakah orang -orang mendapatkan keberkatan (kebaikan yang banyak lagi tetap) yang sempurna? Mereka yang selalu menghamba pada Allah SWT, tidak kepada yang lain.
Siapakah yang mendapat rahmat (karunia/pemberian) dan mendapat petunjuk dari Allah SWT? Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mencintai dan dicintai Allah SWT karena keshalehannya.
Jadi Mati bagi orang yang benar, bener-bener nikmat yang kepati-pati (nikmat yang sempurna)..bagaimana dengan kita...siapkah kita menyambut kebahagiaan yang sempurna tersebut...? atau malah kebalikannya..Takut dengan azab yang menanti..? Jawabnya ada dalam hati kita masing-masing...monggo direnungkan sebelum semuanya terlambat...
Sunday, September 1, 2013
ADAB BERGURU (8) BAITULLAH
QOLBU MUKMININ BAITULLAH
Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pulalah
akhlaknya dan jika ia tidak baik maka tidak baik pula akhlaknya. Ia
adalah qalbu atau biasa kita kenal dengan namanya hati.
ALLAH telah berfirman dalam hadits qudsi,
“Qalbul mukmin Baitullah.”
“Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.”
“Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang“
(HR Abu Dawud ).
يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ
أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا
بِسُلْطَانٍ
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.”( QS. Ar Rahmaan : 33 )
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
“Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang
benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan
berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (سُلْطَاناً نَّصِيراً )“( QS. Al Israa’ : 80)
Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari
ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju
Makkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di
Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut
kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai
Abu Yazid?”.
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu
Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling
hatiku sebanyak tujuh kali”.
Ternyata Syaikh Abu Yazid masih saja tenang, bahkan patuh dan
menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi tanpa ada rasa ragu
sedikitpun. Selanjutnya sang sufi itu mengungkapkan: “Wahai Abu
Yazid, hatiku adalah rumah Allah, dan ka’bah juga rumah Allah. Hanya
saja perbedaan antara ka’bah dan hatiku adalah, bahwasanya Allah tidak
pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya, sedangkan Ia tidak pernah
keluar dari hatiku sejak dibangun oleh-Nya”.
Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, dan sang sufi itupun
mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata: “Sudahlah, lanjutkan
saja perjalanan muliamu menuju ka’bah” perintahnya
Dalam bahasa ilmu Tasawuf, Kiblat kita itu ada 4 yaitu :
- Ka’bah (syariat),
- Qalbu (Thariqat),
- Mursyid (hakikat) dan
- Allah SWT (makrifat)
Dari kompilasi banyak sumber di atas, bagaimana kita memahami tentang Baitullah yang tepat?
Jelas dan nyata bahwa belajar agama selalu berlanjut dari menata lahiriah dan menata batiniah. Keduanya saling berhubungan.
Sebagai rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi yang mampu.
Hati harus senantiasa dijaga kesuciannya agar Allah selalu ridho memberi petunjuk, Nur dan Cahaya serta Dzat-Nya senantiasa dapat kita saksikan.
Jihad akbar adalah menaklukkan nafsu sehingga hati menjadi senantiasa berdzikir kepad Allah SWT.
Makrifatullah adalah cita-cita tertinggi seorang mukmin.
Tuesday, August 20, 2013
ADAB BERGURU (7) GORO-GORO (SELESAI)
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI WAYANG
Orang bijak mengatakan BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA. Mari kita perhatikan sejenak bagaimana nenek moyang kita membahasakan sesuatu yang penuh makna melalui simbol-simbol wayang. Seperti yang telah admin sampaikan pada bagian pertama bahwa peraga ponokawan itu sarat dengan makna. Coba kita pikirkan mengapa Semar, Gareng Petruk dan Bagong digambarkan sebagai tokoh yang secara fisik tidak sempurna, serba cacat. Semar berbibir dower bertubuh tidak proporsional, Gareng berlengan ceko, berkaki pincang. Petruk berhidung panjang. Bagong bermata belo. Namun ketika mereka berkumpul yang ada adalah kegembiraan, tiada kesedihan.
Sosok ponokawan adalah sosok peraga para Waliyullah. Orang awam tidak mengetahui ciri-ciri mereka karena memang disembunyikan ditutupi oleh hal-hal yang bagi orang banyak dianggap sebagai kekurangan atau kelemahan dan dianggap remeh dan sepele. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri waliyullah yang disampaikan para ulama dan Firman Allah SWT.
Pada hakekatnya, kewalian seseorang itu hanya diketahui oleh Allah SWT, dan para wali-Nya yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk mengetahui. Dalam hal ini, ada sebuah pameo yang populer di kalangan ahli tasawuf yang berbunyi,“laa ya’rifu al-waliy illa al-waliy, (tidak akan tahu kepada kewalian seseorang kecuali sesama walinya)”.
Allah berfirman tentang para wali Allah dalam al-Qur’an al-Karim yang artinya:
“Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah, mereka tidak merasa takut dan tidak pula
berduka cita. (Wali-wali Allah) yaitu orang-orang yang beriman dan
selalu bertakwa. Mereka mendapat berita gembira (kemenangan) di dunia
dan (kebahagiaan) di akhirat. Tidak ada perubahan janji-janji Allah.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus [10]: 62-64).
Al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar al-Haitami, ulama fikih terkemuka mazhab asy-Syafii dalam kitab al-Fath al-Mubin Syarh al-Arba’in menjelaskan tentang maksud wali Allah .
“Yang
dimaksud wali di sini ialah orang yang dekat kepada Allah , karena ia
mendekatkan diri dengan cara mengikuti segala perintah-Nya, menjauhi
semua larangan-Nya, memperbanyak ibadah-ibadah sunah, dia tidak pernah
meninggalkan dzikir kepada Allah SWT, dan hatinya tidak pernah melihat
selain keagungan Allah, karena ia tenggelam dalam cahaya ma’rifat kepada
Allah SWT. Ia tidak melihat kecuali tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Tidak mendengar kecuali ayat-ayat-Nya. Tidak berbicara kecuali memuji kepada Allah SWT. Tidak bergerak kecuali dalam ketaatan kepada AllahSWT. Dan inilah sebenarnya orang yang bertakwa kepada Allah SWT. AllahSWT berfirman dalam al-Qur’an: “Orang-orang yang menjadi kekasih-Nya, hanyalah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Anfal [8]: 34).
Maka jelaslah sebenarnya dalam budaya wayang tersembunyi nilai-nilai pendidikan karakter bangsa yang paripurna. Dari rangkaian cerita Ponokawan ini sangatlah panjang jika diuraikan nilai-nilai didik yang ada di dalamnya. Sementara ini cukup kiranya sebagai inspirasi bagi anda untuk merenungi betapa luhurnya budaya bangsa kita tanpa harus berkiblat pada bangsa lain dalam mencari nilai-nilai karakter pembangun bangsa Indonesia tercinta ini.
Wednesday, July 31, 2013
ADAB BERGURU (6) GORO-GORO
YUK RELAKS SEJENAK
Buya Hamka pernah berkata : Jalan untuk berjuang itu ada dua jalan, yaitu (1) Politik, (2) Seni dan Dakwah. Mengapa jalur seni dan dakwah jadi satu jalan? Simpel saja jalan dakwah identik dengan aktivitas berpikir (menguras energi tentunya) maka harus diimbangi dengan seni (supaya tidak menjemukan) dan tuntunan yang disampaikan dengan kreatifitas seni tentu menyenangkan dan mudah dipahami bukan?
Sehubungan dengan jalan seni dan dakwah pula mari kita bergembira, menghibur diri dengan menikmati adegan GORO-GORO (lazim disajikan dalam pementasan pagelaran wayang kulit). Masyarakat Jawa khususnya dan penggemar wayang tentu akrab dengan paraga PONO KAWAN yaitu SEMAR, GARENG PETRUK DAN BAGONG. Sunan Giri, Sunan Kali Jaga dan para Wali lainnya yang telah menciptakan tokoh-tokoh Pono Kawan ini tentu saja bermaksud untuk mengisi kekosongan makna, lebih tepat memperkaya makna terhadap ajaran Islam yang-waktu itu- baru masuk ke Nusantara. Masyarakat Jawa yang semula beragama Hindu Budha tentu lebih mudah apabila diajak untuk memahami ajaran Islam tidak langsung secara tekstual, melainkan lebih mengena memakai peraga-peraga yang akrab dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Nah. langsung saja ya...Pada setiap adegan GORO-GORO selalu muncul tokoh Pono Kawan di atas dengan riang gembira bersuka ria berjoget menyayikan gending-gending Jawa-tentu sarat dengan ajaran kebaikan-untuk sejenak menghibur penonton dari beban keruwetan kehidupan sehari-hari. Kalau kita sejenak mau melihat lebih jeli...mengapa tokoh Semar dan ke tiga anaknya selalu tampil menghibur majikan mereka, yaitu para Pandawa (sekaligus kita)?
Jawabannya adalah pada penafsiran kita terhadap peraga tokoh-tokoh tersebut, mulai dari nama-nama mereka, bentuk fisiknya, dan profil mereka selengkapnya. Para pakar jagat pewayangan tentu sangat paham terhadap makna simbol-simbol Pono Kawan ini. Berikut beberapa pendapt tentang Pono Kawan.
Pendekatan
ajaran Islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh
punakawan. Barangkali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh
pewayangan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong sebenarnya berasal
dari bahasa Arab.Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya siap sedia. Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari bahasa arab Ismar. Menurut orang yang berpendapat ini, lidah orang Jawa membaca kata is- menjadi se-.
Contohnya seperti Istambul dibaca Setambul. Ismar berarti paku. Tak heran, jika tokoh Semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada. Ia selalu tampil sebagai penasihat.
Lalu, ada yang berpendapat, Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Versi lain meyakini, Nala Gareng diadaptasi dari kata Naala Qariin. Orang Jawa melafalkannya menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman.
Dalam laman wayang.blogspot.com disebutkan, hal itu sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya umat agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.
Bagaimana dengan Petruk? Ada yang berpendapat, Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan.
Selain itu, ada juga yang berpendapat kata Petruk diadaptasi dari kata Fatruk—kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, Fat-ruk kulla maa siwallaahi (tinggalkan semua apa pun yang selain Allah).
Wejangan itu, menurut tulisan dalam laman wayang.blogspot.com, menjadi watak para aulia dan mubalig pada waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong, artinya kantong yang berlubang.
Maknanya bahwa setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang, papar tulisan itu.
Sedangkan Bagong, diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya lalim atau kejelekan.
Pendapat lainnya menyebutkan, Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yakni, berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan.
Dalam pagelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong.
Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam.
Jika Punakawan ini disusun secara berurutan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, secara harfiah bermakna, “Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan. (sumber:kompilasi blog)
Menurut hemat penulis, penafsiran makna-makna di atas adalah upaya untuk menegakkan langkah kita dalam meniti kebenaran hidup saat demi saat, ibarat tongkat yang bisa kiat gunakan untuk memudahkan langkah di jalan yang licin dan terjal. Ibarat payung yang dapat kita gunakan sewaktu hujan, ibarat arah jalan yang harus kita tempuh agar tidak tersesat.
Mengapa demikian? Karena kita pasti setuju bahwa setan yang menjadi musuh orang beriman senantiasa menggoda agar kita lupa dan enggan mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dalam kemapanan (atau lebih tepat : kekosongan atau alpa) itulah yang cenderung membuat manusia LUPA DIRI. Maka dengan pengayaan makna-makna kebenaran yang dikreatifkan dalam bentuk Dakwah dan Seni tadi akan membuat kita selalu waspada sekaligus gembira dalam Penghambaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Taala. (bersambung)
Wednesday, July 24, 2013
ADAB BERGURU (5)
Pokok Persoalan itu adalah tentang MATI
Dari
sebuah hadis dijelaskan bahwa apabila Allah SWT menghendaki seorang mukmin itu
dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut
hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah
zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: "Tidak ada jalan
bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini karena orang ini
sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah SWT." Setelah
malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada
Allah SWT dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin
itu.
Lalu Allah SWT berfirman : "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah
ruhnya dari arah lain." Setelah malaikat maut mendapat perintah dari
Allah SWT maka malaikat maut pun coba mencabut roh orang mukmin dari
arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu,
keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka
berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin
dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini
mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu
pengetahuan." Oleh karena malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang
mukmin dari arah tangan maka malaikat maut coba pula dari arah kaki.
Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak
ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki ini sentiasa berjalan terus
menerus mengerjakan shalat dengan berjama’ah dan kaki ini juga berjalan
menghadiri majlis-majlis ilmu." Apabila gagal malaikat maut, mencabut
roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut coba pula dari arah
telinga. Ketika malaikat maut menghampiri telinga, maka telinga pun
berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena telinga ini
sentiasa mendengar bacaan Al-Qur’an dan zikir." Terakhir malaikat maut
coba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru hendak menghampiri
mata maka berkata mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab
mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini
sentiasa menangis kerana takut akan Allah." Setelah gagal maka malaikat
maut kembali kepada Allah SWT kemudian Allah SWT berfirman : "Wahai
malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh
orang yang beriman itu." Setelah mendapat perintah dari Allah SWT maka
malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah SWT.
Setelah melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah SWT maka keluarlah
roh tersebut dari arah mulut dengan tenang. (sumber :kompilasi blog)
Dari riwayat para nabi dikisahkan::
-Nabi Kidhir AS masih hidup hingga akhir zaman karena oleh Allah SWT dikaruniai mandi dan minum air 'ainul hayat' (baca perjalanan Nabi Khidhir AS bersama raja Iskandar Zulkarnain).
-Nabi Ilyas AS masih hidup sampai akhir zaman karena ketika akan diwafatkan, beliau mohon supaya tetap hidup karena kalau beliau mati tidak dapat berdzikir lagi, oleh Allah SWT permohonan beliau dikabulkan.
-Nabi Idris AS, meminta malaikat Izrail AS agar mencabut ruhnya dan mohon agar dihidupkan kembali, oleh Allah SWT dikabulkan, akhirnya beliau tinggal di surga di langit ke 4.
Pada riwayat lain disebutkan:
Rasa sakit dari sakratul maut.
- Aisyah Ra berkata, “Aku tak percaya
bahwa rasa sakit saat ajal seseorang yang lain lebih ringan daripada rasa sakit
saat kematian Rasulullah scperti yang ku-saksikan.” Rasulullah Saw berdoa, “Ya
Allah Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengambil nyawa dari ruas, sendi,
tulang-belulang bahkan dari ujung jari. Ya Allah Tuhanku, mudahkanlah
kematian itu untukku.”Beliau bersabda sesaat menjelang ajalnya, “Rasa
sakit saat kematian datang ibarat ditusuk dengan 300 mata pedang.”
- Rasulullah SAW Bersabda, “Seringan-ringan rasa sakit saat
kematian sama dengan 700 kali rasa sakit yang disebabkan oleh trisula besi yang
dicabut setelah ditusukkan pada kedua bola mata.”
- Suatu ketika, Nabi Saw menjenguk
seorang yang sakit lalu bersabda, Aku tahu rasa sakit yang kauderita. Tidak ada
urat yang tak merasakan rasa sakit saat kematian datang.”
- Musa As berkata, “Kematian
itu seperti seekor Merpati yang hidup kemudian. ia dibakar (digoreng) di atas
pembakarán (penggorengan), ia tak mampu terbang dan juga tak selamat dari rasa
sakit saat mati.”
Wednesday, July 17, 2013
ADAB BERGURU (4)
MELAWAN (HAWA NAFSU) DIRI SENDIRI
Sering kita mebahas topik perlawanan, seperti melawan kebodohan, melawan kemiskinan, dsb. Untuk kali ini mari kita pikirkan satu topik yaitu melawan diri sendiri. Rosulullah pernah bersabda bahwa perang melawan musuh di medan perang adalah jihad kecil, tetepi melawan nafsu diri sendiri adalah jihad besar. Sebagaimana hadist Rasul yang beliau sampaikan sekembalinya dari perang Badar, yang artinya :
"Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki
peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan
apakah itu wahai Rasulullah ? ” Baginda berkata, “Peperangan melawan
hawa nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi)
Nah, telah jelaslah bahwa perang yang berat adalah menahan diri agar tetap konsisten berada dalam jalan kehidupan yang telah digariskan batas-batasnya oleh agama. Dalam bulan Ramadhan ini kita bisa dapatkan hikmah yang sangat besar dalam hubungannya dengan pelatihan menahan diri. Dengan berpuasa maka kita mendesak pengaruh setan dalam hati kita agar tidak leluasa menggoda kita sehingga dapat
terhindar dari berbuat nista.
Dalam konsep Tarekat, menyucikan hati hanyalah bisa dilakukan dengan Istighfar (bertobat) dan bersholawat pada Nabi Muhammad SAW. Jika hati telah bersih maka kenikmatan batin akan dirasakan oleh seorang hamba dan semakin bersih semakin bertambah nikmatnya dan itulah yang membuat seorang hamba Allah menjadi tergila-gila (zauk) pada Allah Taala. Bagi hamba yang dekat dengan Allah maka bau sorga senantiasa dapt tercium olehnya, subhanallah. Wallahu a'lam bishowab.
terhindar dari berbuat nista.
Dalam konsep Tarekat, menyucikan hati hanyalah bisa dilakukan dengan Istighfar (bertobat) dan bersholawat pada Nabi Muhammad SAW. Jika hati telah bersih maka kenikmatan batin akan dirasakan oleh seorang hamba dan semakin bersih semakin bertambah nikmatnya dan itulah yang membuat seorang hamba Allah menjadi tergila-gila (zauk) pada Allah Taala. Bagi hamba yang dekat dengan Allah maka bau sorga senantiasa dapt tercium olehnya, subhanallah. Wallahu a'lam bishowab.
Wednesday, May 29, 2013
ADAB BERGURU (3)
Lebih Lanjut Mengenai Syare'at, Tarekat,
Hakikat, dan Makrifat
Pelajaran tentang keempat hal di atas sudah disampaikan jauh hari di Jawa khususnya sejak syiar Islam yang diemban oleh para waliyullah di Jawa dan Indonesia secara umum.
Di Jawa kita kenal tembang Lir-Ilir yang digubah oleh Sunan Kalijaga. berikut tembang tersebut :
LIR-ILIR
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Tiga baris tembang di atas menggambarkan umat Islam sudah banyak tersebar di mana-mana
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Cah angon (anak gembala)= menggembala nafsu diri pribadi, penekno blimbing (buah bersisi lima, menggambarkan rukun Islam yang lima) kuwi = laksanakan rukun Islam yang lima = sendi-sendi Syare'at.
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Lunyu, licin, tidak mudah, tapi harus terus panjat, naik, melaksanakan perintah Allah untuk meningkatkan derajat ketaqwaan untuk menyucikan dada (hati) = sendi-sendi Tarekat
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Hatimu, rapuh, mudah berubah dari rasa yang baik berganti iri,dengki dsb. karena adanya khotir (dorongan hati) Illaihi (dari Allah), Malaikatihi (dari malaikat), Rosulihi (dari para Nabi dan Rosul), nafsihi (dari nafsu angkara murka), dan syaitoni (dari setan yang mengajak kepada kemaksiatan)
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Jahitlah (perbaikilah, istighfarlah, akuilah dosa dan kesalahan kpd Allah dan manusia) agar mendapat ampunan dan tenang untuk menghadap Allah ta'ala, Innalillahi wa inna illaihi roji'un = sendi-sendi Hakikat (benar dan nyata)
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo
Ketika masih diberi umur, masih kuat tenaga, pikiran, waktu, harta, dan saudara seiman, gapailah, usahakan keempat sendi Syare'at, Tarekat, Hakikat, dan Makrifat (meraih kemenangan pada akhirnya = Allah berkenan memberi anugrah berupa ridho, menerima kita/lebur dalam kuasanya = sun suraka surak hiyo = menyatu dalam zdikrullah..)
Sunday, May 26, 2013
ADAB BERGURU (2)
Mengapa Kita Perlu Berguru?
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً (الإسراء : 36 )
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً (الإسراء : 36 )
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’:36)
Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib berkata, “Tidak akan didapat ilmu (yang bermanfa’at) kecuali dengan enam perkara......yaitu harus CERDAS, SEMANGAT, BERSABAR, MEIMLIKI BIAYA, MEMILIKI GURU PEMBIMBING DAN WAKTU YANG LAMA.”
Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib berkata, “Tidak akan didapat ilmu (yang bermanfa’at) kecuali dengan enam perkara......yaitu harus CERDAS, SEMANGAT, BERSABAR, MEIMLIKI BIAYA, MEMILIKI GURU PEMBIMBING DAN WAKTU YANG LAMA.”
Berdasarkan dua dalil di atas (Al Qur'an dan sunnah qulafaa'ur raashidiin tersebut di atas cukup jelas bahwa kita harus berguru dalam mempelajari ilmu agama Islam.
Hal-hal apa sajakah yang perlu kita gurukan?
Hal-hal apa sajakah yang perlu kita gurukan?
Para ulama besar sepanjang sejarah sudah memberi arahan bahwa tahap2 dalam belajar agama Islam adalah meliputi syare'at, tarekat, hakikat, dan makrifat.
1. Syare'at (tata lahiriah) :Ibadah yang sudahdigariskanhukum2nya,
tata caranya dan berpedoman pada Al Qu'an dan Hadist Nabi
SAW, ijma' dan Kias. Jadi laksanakan syare'at secara konsisten.
tata caranya dan berpedoman pada Al Qu'an dan Hadist Nabi
SAW, ijma' dan Kias. Jadi laksanakan syare'at secara konsisten.
2. Tarekat (tata batiniah), secara ringkas bertujuan membuang sifat
tercela dan mengisinya dengan sifat yang terpuji.
tercela dan mengisinya dengan sifat yang terpuji.
Rasulullah saw. bersabda,"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada
segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak
pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama kalbu."
(H.R. Bukhari dan Muslim).
segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak
pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama kalbu."
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Karena tata batin sangat menentukan maka pentingkanlah tarekat.
3. Hakikat (sinkronnya tata lahir dan tata batin) : terbukti nyata,
jujur, sudah terbuka mata lahir dan batin (iku labeting satria
datan samar lahir batin)
4. Makrifat (lebur dalam kuasa Allah Ta'ala. (anugrah dari Allah
yang diberikan kepada orang yang cinta kepada-Nya dan Allah
juga mencintainya, maka rendah hatilah serendah-rendahnya
ke hadhirat Allah subhanahu wa ta'ala dalam tangis di
keheningan malam yang sunyi-subhanaalah...)
jujur, sudah terbuka mata lahir dan batin (iku labeting satria
datan samar lahir batin)
4. Makrifat (lebur dalam kuasa Allah Ta'ala. (anugrah dari Allah
yang diberikan kepada orang yang cinta kepada-Nya dan Allah
juga mencintainya, maka rendah hatilah serendah-rendahnya
ke hadhirat Allah subhanahu wa ta'ala dalam tangis di
keheningan malam yang sunyi-subhanaalah...)
Wednesday, May 22, 2013
ADAB BERGURU (1)
Ilmu Sah Mowo Guru, Dadine Kanthi Laku
Saudaraku yang berbahagia, guru yang pantas kita ikuti adalah Muhammad Rosulullah Shallallahu alaihi wasallama dan warisatul anbiyya yaitu para ulama yamg mendapat petunjuk dari Allah Ta'ala. Mengapa ulama yang mendapat petunjuk? karena banyak juga ulama yang tidak mengikuti teladan dari Rosulullah, yaitu ulama-ulama jahat ahli dunia dan tidak pantas dijadikan guru bagi kita yang ingin selamat dunia dan akhirat.
Apabila Anda sudah berguru pada seorang ulama yang dapat dipercaya maka berikutnya adalah melaksanakan apa yang disampaikan beliau kepada kita. Apa yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram kita tempatkan pada tempatnya masing-masing dengan kontinyu dan konsisten. Pada prinsipnya guru mengarahkan dan kita menjalankan selangkah demi selangkah. Ibarat sudah ditunjukkan arah ke Jakarta, maka kewajiban kita untuk berjalan sesuai arah tersebut.
Lebih Lanjut tentang Memilih Guru, cukuplah tembang mocopat ini jadi nasihat yang baik :
Lamun siro, ambeguru kaki
Jika anda mau berguru
Amiliho manungso kang topo
Pilihlah orang yang paling kuat menahan nafsu
Ingkang becik martabate
Yang terpuji akhlaknya
Sarto kang Mruhing hukum ngger-anggering projo Illahi
Serta yang mengetahui hukum yang ditetapkan dalam kekuasaan Allah Taala
Kawruh kasunyatan mewah kang wus mungkur
Ilmu yang nyata serta sudah meninggalkan kemewahan duniawi
Pamurih marang kadonyan, badan saras susilo hambeg utami
Tidak pamrih dg duniawi, badan sehat lahir batin, selalu mementingkan budi pekerti yg utama
Solah bowo parasojo
Tingkah lakunya sederhana tdk dibuat-buat dan tdk berlebihan
Monday, May 20, 2013
CERPEN
KASIH SAYANG
TEMAN-TEMANKU
Aku
bernama Gama. Sekarang aku duduk di kelas IX SMP. Dulu aku adalah anak yang
nakal, suka jail dengan teman-temanku, sehingga banyak teman-temanku yang
menjauhi dan menghindar denganku. Dulu aku merasa jengkel dengan semua temanku,
aku pun bertambah jail dengan mereka semua, padahal keputusan seperti itu
adalah keputusan yang sangat bodoh.
Pada
siang itu, aku melihat Rio dan Doni sedang makan bekal mereka, aku pun memulai
perlakuan jelekku itu dengan mendekati mereka dari belakang, secara
mengendap-endap dan semakin dekat, lalu, “Yeaah...! ha..ha..ha aku berhasil
mengambil bekal kalian..!”
“Gama.!
Kembalikan bekal kami. Kami mau makan!” Bentak Rio dan Doni dengan marah.
“Mengembalikan.?
Dengan susah payah aku mengambil bekalmu!”
“Kamu
kurang kerjaan banget. Mengganggu kita..! Bentak Doni.
“Sudahlah
Don, kita tinggalkan saja dia! Ajak Rio. Mereka pun meninggalkan aku sendiri,
walaupun mereka meninggalkan aku, aku merasa puas telah membuat mereka marah.
Sesampainya
di kelas, Rio dan Doni masih merasa jengkel kepadaku. Aku tahu kalau mereka
masih marah denganku, karena aku mengikuti dan mendengarkan percakapan mereka yang
sedang menceritakan kejadian tadi dengan semua teman-teman di kelas. Salah satu
teman yang bernama Rani berkata, “Gama memang seperti itu, menurutku dia jail
karena ke dua orang tuanya sudah meninggal dunia, sekarang dia tinggal dengan
pamannya, dan kurang mendapatkan kasih sayang.”
“Kamu
benar Rani, sebaiknya kita lebih menyayanginya untuk menggantikan kasih sayang
orang tuanya, walaupun dia jail,” kata Rio.
Sepuluh
menit kemudian, terdengar bel pulang sekolah. Semua siswa keluar dari kelas
untuk pulang kerumah masing-masing. Terlihat gerombolan adik kelas di depan
jalan sekolah. Aku pun ingin menjahili mereka. Aku mendapat ide untuk menimpuki
mereka dari belakang dengan kertas, lalu aku mengambil kertas di tasku, kucoba
kertas yang pertama, kulemparkan kearah gerombolan adik kelas itu.
“Aduh..!
Siapa yang melempar kertas ini.? Hmm... kakak ya?” Tanya salah seorang dari
gerombolan itu.
“Ah..
tidak! Kakak tidak melempar kertas itu. Lagi pula tidak ada buktinya kan?” Jawab
ku.
“Oh...
Maaf ya kak,” jawab anak tersebut. Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Namun,
aku belum merasa puas. Dengan suara lirih aku berkata, “satu kali lagi ah..” Dan
aku melemparkan kertas kearah mereka.
“Ih....!
tidak salah lagi, pasti kakak di belakang kami itu yang melempar kertas ini!”
Bentak anak itu dengan jengkel.
“Ha..ha..ha..
emang kenapa? Memang kakak yang melempar kertas itu! Jawab ku dengan perasaan
puas.
“Kakak
adalah kakak kelas kami. Seharusnya kakak memberi contoh yang baik pada adik kelas!”
“Ah
tak usah di pikirkan! Ya Sudah. . kakak mau pulang. Da.. da..”
Aku lari dan meniggalkan mereka yang marah dan
jengkel karena kejahilanku.
Sesampainya
di rumah, aku mengetuk pintu. Tetapi tidak ada yang membukakan, pintunya pun
terkunci.
“Paman ke mana ya.. Tanya ku di dalam hati”
Tak sengaja aku melihat amplop di bawah kursi,
ternyata isinya kunci rumah dan sebuah surat. Kubuka surat itu dan kubaca. Isi
surat mengatakan bahwa paman sedang pergi ke rumah anaknya karena anaknya
sakit. Paman tidak mengajakku karena paman pergi tadi pagi waktu aku sekolah
dan paman berpesan jika aku ingin makan, pergi saja ke kebun untuk mencari
sayuran dan singkong untuk di rebus, sedangkan nasi sudah disiapkan oleh paman.
Kemudian
aku ganti baju, lalu pergi ke kebun untuk mencari sayuran. Sesampainya di kebun
aku mencari daun singkong. Kuambil daun yang paling ujung atas. Satu demi satu
dan kukumpulkan. Setelah aku rasa cukup, lalu aku mencari singkong. Kucari
pohon yang batangnya besar dan sudah tua. Setelah menemukan pohon yang cocok,
aku langsung mencabut pohon singkong itu. Aku pisahkan singkong yang enak
dimakan dan yang tidak. Setelah semuanya cukup dan ku rasa sudah selesai, aku
bergegas untuk pulang. Belum sampai di rumah aku bertemu Rio, Doni dan Rani
sedang berjalan beriringan.
“Gama..? kamu ngapain kok bawa singkong, sama
sayuran..?” tanya Rani.
“Aku mau makan, tetapi paman nggak ada di
rumah. Soalnya paman kerumah anaknya yang sakit. Lalu dia menitip pesan, kalau
aku lapar cari saja singkong sama sayuran dikebun,” jawabku.
“Hmm..
Kamu mau bantuan kami nggak? Kami mau kok membantu kamu masak” Rio menawarkan.
“Bantu
aku..? aku nggak butuh bantuan kalian. Aku bisa masak sendiri kok!” jawabku
dengan sombongnya.
“Kita kan teman. Harus saling membantu,” jawab
Doni.
“Tidak..!
Aku tidak butuh bantuan kalian”
“Ya
sudah kalau kamu menolak tawaran kami. Kami pulang dulu,” jawab Rani.
Setelah
sampai dirumah aku langsung memasak. Aku merebus daun singkong dan menggoreng
singkong. Sekitar lima belas menit masakanku pun matang. Aku langsung mengambil
nasi dan daun singkong rebus kemudian aku makan dengan lahap.
Keesokan
harinya, aku bangun dari tidurku aku langsung melihat ke kamar paman, ternyata
paman belum juga pulang. Lalu aku beranjak untuk mandi, sarapan, dan berangkat sekolah.
Sesampainya
di gerbang sekolah, Rio bertanya padaku, “Gama, kamu sudah mengerjakan PR
matematika belum? Kalau aku sih udah..”
“Ngapain
kamu tanya-tanya aku.!” Jawab ku cuek
“Hmm...
Ya aku Cuma tanya aja...”
“Udah
ah.! Aku mau ke kelas...”
Di
perjalanan menuju kelas aku berkata dengan suara lirih “Aduh... Iya ya aku baru
ingat. Matematika ada PR di buku paket. Aku juga nggak bawa buku paketnya. Belum
aku kerjakan pula PRnya... Aduh...”
Sesampainya
dikelas sekitar tiga menit bel pun berdering. Hatiku berdetak dengan kencang.
Karena jam pertama dan kedua adalah pelajaran matematika. Tiba-tiba Pak Lan
guru Matematika, masuk kelasku dan berkata “Selamat Pagi anak-anak. Keluarkan
buku dan PR kalian”. Semua murid mengeluarkan buku dan PRnya masing-masing.
Kecuali aku. Pak Lan mengetahui kalau aku tidak mengeluarkan buku dan ia
menghampiriku lalu berkata dengan wajah yang membuatku takut, “Mana buku dan PR
kamu? Kamu tidak mengerjakan PR atau tidak membawa bukunya..?!
“Hmm..
Ma..maaf pak. Saya lu..lupa mengerjakan PR dan lupa me..membawa bu..bukunya,” jawabku
dengan gugup dan rasa takut.
“Sekarang
kamu maju ke depan. Cepat...!!”
Setelah
aku berdiri dan maju ke depan. Pak Lan mengambil spidol di saku bajunya. Ia pun
menggambar mukaku dengan kumis dan mulut seperti kucing. Aku pun menjadi bahan
tertawaan semua murid. Salah satu murid berdiri dan berkata “Ha...ha...ha...
Gama! Kamu seperti kucing Anggora yang belum mandi...” “Ha..ha..ha..,” Semua
murid bertambah menertawakanku. Aku hanya tertunduk dan sangat malu. Kemudian
Pak Lan berkata, “Kamu berdiri di depan kelas sampai satu jam pelajaran saya, dan
nanti waktu istirahat kamu menyapu ruang kelas ini.”
“Pak...
Kalau menyapu saya mau. Tapi berdirinya Jangan satu jam. Dua puluh menit
aja...”
“Diam kamu! Saya bilang kamu berdiri di depan
kelas satu jam!”
Setelah
satu jam aku berdiri di depan kelas, aku pun di izinkan Pak Lan untuk duduk dan
mengikuti pelajaran kembali.
Waktu
istirahat pun tiba. Aku mengambil sapu dan menyapu ruang kelasku. Pak Lan
memperhatikanku dengan maksud agar aku menyapu ruang kelas sampai bersih dan
aku menyelesaikan hukumanku dengan baik.
Setelah
waktu istirahat. Aku masuk kelas untuk mengikuti pelajaran yang selanjutnya.
“Kring...kring”
bel pulang sekolah berdering, aku langsung keluar
dari kelas, dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu dan
paman yang membukakanya.
Aku
bertanya pada paman, “kapan Paman pulang?”
“Tadi
jam setengah sembilan, Paman sampai rumah. Bagaimana kemarin, kamu makan sama
apa?” Tanya Paman.
“Aku makan daun singkong rebus dan singkong
goreng. Lalu bagaimana keadaan anak paman?”
“Sudah mendingan. Kamu makan dulu sana, sudah
Paman siapkan nasi goreng di meja makan.”
“Ya
Paman, terima kasih!”
Pada
sore harinya. Aku duduk di depan rumah. Kebetulan anginnya semilir dan cuacanya
pun cerah. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan tak lama kemudian aku pun tertidur.
Aku bermimpi, di dalam mimpiku ini aku berada di sebuah tempat yang banyak
pohon besar, bunga-bunga yang indah dan banyak anak-anak se usiaku yang bermain
dan bercanda gurau. Tiba-tiba aku di hampiri seorang kakek. Ia berkata, “Kamu
tidak mempunyai semua kebahagian ini. Lihatlah mereka, bercanda gurau dan
bersenang-senang dengan teman-temannya. Kamu mempunyai teman yang menyayangi
dan memperhatikanmu. Tapi kamu selalu membuat mereka marah karena kejahilanmu..
Ingatlah kata kakek ini teman adalah harta yang sangat mahal. Kamu hanya bisa
mempunyainya dengan sebuah cinta dan kasih sayang.” Lalu kakek itu hilang secara
tiba-tiba. Aku hanya diam, heran, dan aku sangat mendengarkan kata kakek itu. Di
dalam tidurku inilah aku menyadari bahwa selama ini aku salah telah menggangu dan
menjahili teman-temanku yang menyayangi dan memperhatikanku.
Setelah
itu, aku langsung bangun dari tidurku dan aku berkata dengan penuh penyesalan,“Selama
ini aku salah. Aku selalu membuat teman-temanku marah. Padahal mereka sangat
sayang padaku.”
Kemudian
aku masuk rumah dan meminta izin pada paman untuk pergi ke lapangan. Tempat
biasanya anak-anak bermain.
“Paman,
aku mau izin pergi ke lapangan,” kataku.
“Ya,
tapi pulangnya jangan terlalu sore,” jawab Paman.
Aku
pun lari menuju lapangan. Ternyata benar, di sana banyak anak-anak yang sedang
bermain.
“Teman-teman!
Aku ikut bermain dengan kalian ya.” Aku menghampiri mereka.
“Kak
Gama... Tumben kakak ke sini?” tanya Fajar, adik kelas yang pernah aku jahili.
“Kamu..?
Adik kelas itu kan..?”
“Ya,
aku Fajar. Aku adik kak Rani.”
“Oh...maaf
ya Fajar waktu itu aku menjahili kamu dan membuatmu marah.”
“Ya
kak, aku udah memaafkan kakak kok.”
“Hmm..
Teman-teman, kalian semua mau memaaafkan aku kan? Selama ini aku sering membuat
kalian marah dan selama ini aku tidak mempunyai kebahagiaan yang membuatku
tertawa, ceria. Itulah yang membuatku mempunyai perlakuan jelek. Aku pikir
dengan perlakuan jelekku itu aku bisa membahagiakan diriku, padahal itu hanya
membuat aku kesepian dan tersiksa.”
“Setiap
orang pasti punya kesalahan dan suatu saat ia akan menyadari kesalahanya. Kami
pasti mau memaafkan kamu Gama. Iya kan teman-teman?” Kata Rio dan Doni.
“Kalian
baik banget. Sungguh kalian semua adalah harta yang sangat mahal bagiku,” Aku
berkata dengan berlinang air mata.
“Sudah,
tak usah menangis,” Kata Doni.
“Ha...ha...ha...”
Kita pun tertawa ria dan bermain bersama.
Setelah
puas bermain. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah aku
mandi lalu menata buku sekolah dan belajar. Sekitar dua puluh menit aku
belajar. Terdengar suara adzan maghrib aku pun bergegas pergi ke mushola untuk
menunaikan shalat maghrib. Aku melaksanakan shalat dengan khusyuk.
Setelah
dari mushola, aku pulang dan melanjutkan belajar. Selesai belajar aku di suruh
paman untuk makan malam dengan lauk ikan asin, tempe goreng, dan telur goreng
walaupun sederhana aku tetap bersyukur masih di beri rizki dan makanan.
Pada malam harinya, sekitar pukul sembilan
malam paman menyuruhku untuk tidur. Aku ke kamar. Aku berbaring di tempat
tidurku. Namun sebelum aku tertidur aku berkata di dalam hatiku “kasih sayang
teman-temanku tak akan ku lupakan sampai akhir hayatku, terima kasih temanku,
aku sangat sayang padamu. Kepada kakek yang ada dalam mimpiku kuucapkan,”
Terima kasih kek.. Kau telah menyadarkanku tentang arti sebuah kasih sayang.” Kemudian
dengan pelan mataku terpejam, sedangkan di langit, sang dewi malam menemaniku,
semua bintang berkelap-kelip memandangku, dan aku tertidur dengan mimpi
indahku.
Subscribe to:
Posts (Atom)