ENAM PEMUDA CERDAS, SEORANG PENGGEMBALA YANG BERIMAN
DAN SEEKOR ANJINGNYA YANG SETIA
Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, raja
sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala,
tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahawa ada
balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan
maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan
bingungnya raja itu, sampai tanpa disedari mahkota yang sedang
dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh
terpelanting dari atas singgahsana. Salah seorang pembantu yang berdiri
di sebelah kanan --seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: "Kalau
Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu
ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air
besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."
.
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum?"
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum?"
.
"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur." Teman-temannya bertanya: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: "Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian ku fikirkan juga bumi ini: "Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget?" Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: "Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"
"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur." Teman-temannya bertanya: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: "Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian ku fikirkan juga bumi ini: "Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget?" Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: "Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"
.
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata: "Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!" "Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!" "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya. (CUPLIKAN DIALOG PENDETA YAHUDI DAN SAYYIDINA ALI dalam http://tigosotigo.blogspot.com).
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata: "Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!" "Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!" "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya. (CUPLIKAN DIALOG PENDETA YAHUDI DAN SAYYIDINA ALI dalam http://tigosotigo.blogspot.com).
Singkat kisah, mereka melarikan diri dari kerajaan ke dalam sebuah gua dan Allah menidurkan mereka selama 309 tahun. Mereka pergi membawa keyakinan kepada Allah SWT. Meninggalkan keluarga dan sanak saudara mereka. Mereka pergi meninggalkan semua fasilitas mewah dan jabatan mereka sebagai penasihat raja untuk mencari Tuhan yang haq.
Mereka "disambut" oleh Allah 'dalam dekapannya yang tenang dan tenteram, dengan menidurkan dan menjaga mereka selama ratusan tahun tetap utuh dan tidak menua. Subhanallah...
Pernahkah terpikir dalam diri anda punya tekad seperti mereka untuk mencari Allah dengan meniadakan segalanya yang memenuhi jagat raya ini, kecuali Dia Allah robbul izzati ?Apa yang ada dalam hati saudara selain yang merasa anda miliki sekarang?
Sudah kenalkah Anda dengan Dzat yang menghidupkan dan mematikan Anda? Sudahkah anda meluangkan waktu untuk menyebut Asma-Nya dalam detak jantung anda? Pernahkah anda meninggalkan dunia dunia ini walau hanya sekejap mata saja?
Para pemuda Ashabul Kahfi meninggalkan semuanya demi Allah yang wajib disembah hanya dengan berbekal 3 dirham saja dan iman yang tak tergoyahkan. Berapa bekal yang anda siapkan untuk 'bertemu' dengan Allah SWT ? Berapa sumber daya dan sumber dana yang anda habiskan demi kenikmatan duniawi saja ini? Hitung-hitunglah sebelum anda ditagih kelak setelah kealpaan anda berakhir dengan sebesar-besarnya kerugian dan sebesar-besarnya penyesalan yang tak berujung...!!!